Page

Sabtu, 11 April 2015

Jangan Takut Bermimpi...!







Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners

Setiap muslim pasti menginginkan kebaikan dalam hidupnya, tidak hanya kebaikan dunia belaka, tapi juga kebaikan akhirat. Untuk merealisasikan impiannya itu, maka setiap orang harus bekerja keras demi terwujudnya apa yang telah dicita-citakan.

                Seseorang harus punya tujuan dalam hidup, agar dia dapat menjalani kehidupan ini dengan tujuan yang pasti. Karena sangat jauh berbeda, mereka yang punya cita-cita dalam hidup dengan mereka yang tidak punya cita-cita, mereka yang punya tujuan yang pasti dalam hidup dan mereka yang tidak punya tujuan yang pasti, tentu jauh berbeda, bukan?
Demikian juga berbeda, seseorang yang punya uluwwul himmah (cita-cita yang tinggi) dengan mereka yang hanya mempunyai dunuwwul himmah (cita-cita yang rendah). Seseorang yang punya cita-cita tinggi, tentu akan berusaha sekuat mungkin untuk menuju ke sana, tapi orang yang hanya punya cita-cita rendah, tentu akan merasa cukup dengan kerendahan itu, dan tidak mau lagi mendaki untuk mendapatkan yang lebih baik.
            Memang tidak semudah membalikkan tangan, tapi dengan semangat, kerja keras dan doa, semua akan terwujud dengan izin Allah. Pasti terwujud, insya Allah...

Mengenal “Uluwwul Himmah”

Secara bahasa ‘uluw artinya: tinggi; himmah artinya: cita-cita, semangat, tekad, ambisi, obsesi, motivasi. Sehingga ‘uluwwul himmah dapat dimaknai sebagai cita-cita, motivasi, semangat, atau tekad yang tinggi atau kuat. Bisa juga disebut al-Himmah al-‘Aliyah, maknanya sama. Maksudnya adalah ambisi yang kuat yang tertanam dalam diri untuk mencapai target yang besar.
Para ‘ulama telah memaparkan pengertian ‘uluwwul himmah, di antaranya adalah Ibnul Qoyyim yang menyatakan, Jiwa ini tidak akan berhenti sebelum sampai pada Allah Ta’ala, dan tidak bisa diganti dengan sesuatu selain Allah, dan tidak rela dengan pengganti selain Allah, dan tidak akan menjual bagian dari ketenangannya dan kebahagaiaannya untuk dekat dengan Allah, senang dengan Allah dan tenteram dengan Allah dengan kenikmatan-kenikmatan yang bersifat hina dan sementara”
Maksudnya adalah kenikmatan dekat dengan Sang Pencipta yang menguasai alam semesta, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang yang memiliki himmah yang tinggi, maka puncak kepuasan dan kebahagiaannya hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Orang seperti ini diibaratkan seperti burung yang terbang tinggi, yang tidak akan menghadapi rintangan-rintangan yang kecil, ia akan lebih fokus untuk mencapai targetnya dan tidak memberikan perhatian yang berlebih pada masalah-masalah yang kurang penting.
Sebaliknya, orang yang himmahnya rendah ia diibaratkan burung yang terbang rendah, sehingga rintangannya semakin banyak (seperti bangunan, pohon, tiang dan sebagainya) dan ia akan disibukkan dengan masalah kecil yang tidak seharusnya menyita perhatiannya. Misalnya, terlalu berlebihan dalam menanggapi orang lain yang hasad atas keberhasilannya, padahal hal seperti ini tidak perlu ditanggapi. Sebab hasad itu selalu mengiringi kesuksesan setiap orang.

Dalam pembahasan ini, ‘uluwwul himmah yang dimaksud adalah himmah yang orientasinya bersifat ukhrawi dan bukan duniawi, atau kalaupun hal itu bersifat duniawi maka tentunya urusan dunia yang sesuai syari’at. Sebab pembahasan pada dua orientasi yang berbeda ini adalah sangat berbeda. 



Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.