Islam Mengajarkan Kepekaan
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/07/islam-mengajarkan-kepekaan.html
Islam adalah satu-satunya agama yang
menanamkan kepekaan pada qalbu setiap pemeluknya melalui nilai-nilainya. Dalam
ukhuwwah islamiyyah, Islam mengajarkan kepekaan. Rasulullah mengibaratkan kaum
muslimin sebagai satu tubuh, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam kecintaan,
kasih sayang, kerukunan sesama mereka adalah seperti satu tubuh. Jika salah
satu anggota tubuh yang satu sakit, seluruh tubuh akan ikut merasa susah dan
demam.” [Shahih Muslim no. 6751]
Dari Anas bin Malik, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
sempurna iman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya
segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri berupa kebaikan.” [Shahih
Al-Bukhari no. 13; Shahih Muslim no. 45]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa ingin dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga, maka hendaklah ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari
Akhir, dan hendaklah ia menunaikan dan berbuat (kebaikan) kepada orang lain apa
yang ia senang bila orang lain (berbuat baik) kepadanya.” [Shahih Muslim no.
1844; Sunan Abu Dawud no. 4248; Sunan Ibnu Majah no. 3956]
Islam mengajarkan kepekaan dalam
masalah perceraian wanita yang sedang haid. Dari Qotadah, ia berkata bahwa ia
mendengar Yunus bin Jubair berkata, “Aku mendengar Ibnu ‘Umar berkata bahwa ia
pernah mentalak istrinya dalam keadaan haid. Lalu ‘Umar mendatangi Nabi
kemudian mengadukan perihal anaknya. Nabi bersabda, “Perintah ia untuk rujuk
pada istrinya. Jika istrinya telah suci dan ia mau, ia bisa mentalaknya.” Yunus
berkata pada Ibnu ‘Umar, “Apakah engkau menganggap jatuh talak?” Ibnu ‘Umar
menjawab, “Apa yang menghalanginya? Talak tersebut tidak terhalang walau karena
kelemahan atau kebodohannya.” [Al-Bukhari no. 5258 dan Muslim no. 1471]
Islam mengajarkan kepekaan dalam
masalah jima’ suami-istri. Ketika Jabir menikah, Nabi bertanya padanya, “Apakah engkau menikahi gadis (perawan) atau janda?” “Aku
menikahi janda”, kata Jabir. “Kenapa engkau tidak menikahi gadis saja karena
engkau bisa bercumbu dengannya dan juga sebaliknya ia bisa bercumbu mesra
denganmu?” [HR. Al-Bukhari no. 2967 dan Muslim no. 715]
Islam mengajarkan kepekaan dalam
masalah menyembelih hewan. Dari Ibnu ’Abbas, “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam mengamati seseorang yang meletakkan kakinya di atas pipi (sisi)
kambing dalam keadaan ia mengasah pisaunya, sedangkan kambing itu memandang
kepadanya. Lantas Nabi berkata, “Apakah sebelum ini kamu hendak mematikannya
dengan beberapa kali kematian?! Hendaklah pisaumu sudah diasah sebelum engkau
membaringkannya.”.” [Mustadrak Al-Hakim 4/257; Mushannaf ‘Abdur Razzaq no.
8608. Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 2265]
Tidak hanya menyembelih, bahkan terhadap hewan yang tidak ada artinya atau bahkan hewan najis, ketika membutuhkan pertolongan untuk menyambung hidup hewan itu, kita diberi pahala oleh Allah.
Tidak hanya menyembelih, bahkan terhadap hewan yang tidak ada artinya atau bahkan hewan najis, ketika membutuhkan pertolongan untuk menyambung hidup hewan itu, kita diberi pahala oleh Allah.
Islam mengajarkan kepekaan dalam
masalah berbuat baik kepada kedua orang tua yang sudah renta. Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Sungguh terhina,
sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina)
seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari
keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” [Shahih
Muslim no. 6674]
Islam mengajarkan kepekaan dalam
pemilihan kata-kata yang hendak diucapkan. Rasulullah bersabda, “Janganlah
seorang di antara kalian mengatakan “khabutsat nafsi” tapi hendaknya ia
mengatakan “laqisat nafsi”.” [Shahih Al-Bukhari no. 6179, 6180; Shahih Muslim
no. 6015]
:: Dukung dakwah Islamiyyah kami
baik dengan comment, doa bi zhohril ghoib, dan financial.
Admin : Aguz Dhewangga
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.