Discuss!

Petaka untuk Para Dai







Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners



Memahami ilmu agama merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah, no. 224, dan lainnya dari Anas bin Malik)
Dan agama adalah apa yang telah difirmankan oleh Allah Azza wa Jalladi dalam kitabNya, Al-Qur’anul Karim, dan disabdakan oleh RasulNya di dalam Sunnahnya. Oleh karena itulah termasuk kesalahan yang sangat berbahaya adalah berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Allah Azza wa Jalla dan RasulNya.
Sebagai nasehat sesama umat Islam, di sini kami sampaikan di antara bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu:

1.    Hal itu merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
Allah Azza wa JallaTa’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَاْلإِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
“Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah Azza wa Jalladengan sesuatu yang Allah Azza wa Jallatidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah Azza wa Jallaapa saja yang tidak kamu ketahui (berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu).” (QS. Al-A’raf: 33)
Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu termasuk perkara yang diharamkan oleh Allah, karena dengan demikian seseorang akan sesat dan menyesatkan, akan merusak dan tidak malah memperbaiki, akan mengaburkan dan tidak memperjelas, serta akan menjerumuskan tidak malah menunjukkan.
Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu meliputi: berbicara (tanpa ilmu) tentang hukum-hukumNya, syari’atNya, dan agamaNya. Termasuk berbicara tentang nama-namaNya dan sifat-sifatNya, yang hal ini lebih besar daripada berbicara (tanpa ilmu) tentang syari’atNya, dan agamaNya.


2.    Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu termasuk dusta atas (nama) Allah.
Allah Azza wa JallaTa’ala berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim:
وَلاَ تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ الْكَذِبَ هَذَا حَلاَلٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ لاَ يُفْلِحُونَ
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “Ini halal dan ini haram.” Untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Azza wa Jallatiadalah beruntung.” (QS. An-Nahl: 116)

3.    Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا
“Sesungguhnya Allah Azza wa Jallatidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’. Sehingga ketika Allah Azza wa Jallatidak menyisakan seorang ‘alim-pun, orang-orang-pun mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka menjadi sesat dan menyesatkan orang lain.” (HR. Bukhari, no. 100, Muslim, dan lainnya)
Hadits ini menunjukkan bahwa barangsiapa tidak berilmu dan menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya dengan tanpa ilmu, dan mengqias (membandingkan) dengan akalnya, sehingga mengharamkan apa yang Allah Azza wa Jallahalalkan dengan kebodohan, dan menghalalkan apa yang Allah Azza wa Jallaharamkan dengan tanpa dia ketahui, maka inilah orang yang mengqias dengan akalnya, sehingga dia sesat dan menyesatkan. (Shahih Jami’il Ilmi wa Fadhlihi, hal: 415, karya Al-Hafizh Ibnu Abdil Barr, diringkas oleh Syeikh Abul Asybal Az-Zuhairi)

4.    Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu merupakan sikap mengikuti hawa-nafsu.
Imam Ali bin Abil ‘Izzi Al-Hanafi rahimahullah berkata: “Barangsiapa berbicara tanpa ilmu, maka sesungguhnya dia hanyalah mengikuti hawa-nafsunya, dan Allah Azza wa Jallatelah berfirman:
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
“Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah Azza wa Jallasedikitpun.” (Qs. Al-Qashshash: 50)”

5.    Berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah Azza wa Jalladan RasulNya.
Allah Azza wa Jallaberfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah Azza wa Jalladan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Azza wa JallaMaha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Hujuraat: 1)
Ayat ini memuat adab terhadap Allah Azza wa Jalladan RasulNya, juga pengagungan, penghormatan, dan pemuliaan kepadanya. Allah Azza wa Jallatelah memerintahkan kepada para hambaNya yang beriman, dengan konsekwensi keimanan terhadap Allah Azza wa Jalladan RasulNya, yaitu menjalankan perintah-perintah Allah Azza wa Jalladan menjauhi larangan-laranganNya. Dan agar mereka selalu berjalan mengikuti perintah Allah Azza wa Jalladan Sunnah RasulNya di dalam seluruh perkara mereka. Dan agar mereka tidak mendahului Allah Azza wa Jalladan RasulNya, sehingga janganlah mereka berkata, sampai Allah Azza wa Jallaberkata, dan janganlah mereka memerintah, sampai Allah Azza wa Jallamemerintah. (Taisir Karimir Rahman, surat Al-Hujurat:1)

6.    Orang yang berbicara tentang Allah Azza wa Jalla tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang dia sesatkan.
Orang yang berbicara tentang Allah Azza wa Jalla tanpa ilmu adalah orang sesat dan mengajak kepada kesesatan, oleh karena itu dia menanggung dosa-dosa orang-orang yang telah dia sesatkan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ اْلإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun.” (HR. Muslim, no. 2674, dari Abu Hurairah)

7.    Berbicara tentang Allah Azza wa Jalla tanpa ilmu akan dimintai tanggung jawab.
Allah Azza wa Jalla  berfirman:
وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلاَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولاً
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (QS. Al-Isra’ : 36)
Setelah menyebutkan pendapat para Salaf tentang ayat ini, imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Kesimpulan penjelasan yang mereka sebutkan adalah: bahwa Allah Azza wa Jalla melarang berbicara tanpa ilmu, yaitu (berbicara) hanya dengan persangkaan yang merupakan perkiraan dan khayalan.” (Tafsir Al-Qur’anul Azhim, surat Al-Isra’:36)

8.    Orang yang berbicara tentang Allah Azza wa Jallatanpa ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah Azza wa Jalla turunkan.
Syeikh Hafizh bin Ahmad Al-Hakami menyatakan: “Fashal: Tentang Haramnya berbicara tentang Allah Azza wa Jalla tanpa ilmu, dan haramnya berfatwa tentang agama Allah Azza wa Jalla dengan apa yang menyelisihi nash-nash.”
Kemudian beliau membawakan sejumlah ayat Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah Azza wa Jalla di bawah ini:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَآ أَنزَلَ اللهُ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Ma’idah: 44)

9.    Berbicara agama tanpa ilmu menyelisihi jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah menyatakan di dalam aqidah Thahawiyahnya yang masyhur: “Dan kami berkata: “Wallahu A’lam (Allah Yang Mengetahui) terhadap perkara-perkara yang ilmunya samar bagi kami.” (Minhah Ilahiyah Fii Tahdzib Syarh Ath-Thahawiyah, hal: 393)

10.  Berbicara agama tanpa ilmu merupakan perintah syaithan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا عَلَى اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:169)
Keterangan ini kami akhiri dengan nasehat: barangsiapa yang ingin bebicara masalah agama hendaklah dia belajar lebih dahulu. Kemudian hendaklah dia hanya berbicara berdasarkan ilmu.

Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665









Related

Faidah 6405458081066568640

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Arsip Blog

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item