Belajar Tuk Sempurna
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/belajar-tuk-sempurna.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Kita menyaksikan betapa banyak saudara kita yang malas menyempurnakan ibadah bahkan malas ibadah kepada Allah karena menuduh ibadah itu sumber kemelaratan. Maka dengan firman Allah dalam hadits qudsi ini sungguh sangat cukup untuk membungkam para pembangkang. Dan kita pun tak perlu takut miskin, karena Allah Mahakaya, syaithan lah yang menakut-nakuti kita dengan kemiskinan.
Kita menyaksikan betapa banyak saudara kita yang malas menyempurnakan ibadah bahkan malas ibadah kepada Allah karena menuduh ibadah itu sumber kemelaratan. Maka dengan firman Allah dalam hadits qudsi ini sungguh sangat cukup untuk membungkam para pembangkang. Dan kita pun tak perlu takut miskin, karena Allah Mahakaya, syaithan lah yang menakut-nakuti kita dengan kemiskinan.
Adapun jika ternyata dengan menyempurnakan ibadah ternyata kita menjadi
miskin, maka ketahuilah bahwa mungkin saja itu adalah adzab yang disegerakan
dan bisa pula musibah yang mana keduanya menjadi penghapus dosa sehingga kita
akan mencapai derajat yang mulia dan lebih nikmat dalam beribadah. Atau bisa
jadi kita sendiri yang salah, yaitu tidak optimal dalam bekerja. Maka jangan
sekali-kali menyalahkan Allah.
Allah menghasung manusia untuk menyempurnakan ibadah haji dan umrah,
ikhlash karena Allah, yaitu dengan mengikuti bagaimana Rasulullah berhaji dan
berumrah. Allah berfirman,
وَأَتِمُّوا
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ
“Dan
sempurnakanlah haji dan umrah kalian untuk Allah.” [Al-Qur`an surah Al-Baqarah
(2) ayat no. 196]
Dalam bertawakkal kepada Allah dalam urusan dunia maupun akhirat, Nabi
Muhammad memerintahkan untuk menyempurnakannya,
لَوْ
أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ
كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
"Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah
dengan sebenar-benar tawakkal, niscaya kalian akan diberikan rizqi seperti burung yang diberikan rizqi. Ia (burung itu) pergi di pagi
hari dalam keadaan perut kosong dan pulang sore hari dalam keadaan perut
kenyang.” [Shahih: Sunan At-Tirmidzi no. 2344; Shahih Al-Jami’
no. 5254; Ash-Shahihah no. 310]
Dalam
shalat, Rasulullah mengajarkan kita untuk berusaha selalu menyempurnakannya,
إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ
يُصَلِّي إِنَّمَا يُنَاجِيْ رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ كَيْفَ يُنَاجِيْهِ
“Sesungguhnya seseorang di antara
kalian ketika berdiri shalat sesungguhnya ia sedang bermunajat kepada Rabb-nya,
maka hendaklah ia memperhatikan bagaimana ia bermunajak kepada-Nya.” [Shahih:
Shahih Al-Jami’ no. 1538]
Dalam riwayat-riwayat yang senada dengan hadits ini terdapat tambahan bahwa ketika shalat kita harus menyempurnakan shalat di antaranya dengan tidak mengeraskan bacaan dzikir dan doa dalam shalat sehingga mengganggu yang lain, terkhusus dalam shalat jama’ah, juga tidak meludah ke arah depan. Kedua hal tersebut dilarang karena sangat tidak etis dalam menghadap kepada Allah dan sangat mengurangi kesempurnaan penghambaan diri kepada Allah.
Rasulullah bersabda,
إِنَّ
الْمُصَلِّيَ يُنَاجِي رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ مَاذَا يُنَاجِيهِ بِهِ، وَلاَ يَجْهَرْ
بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ
“Sesungguhnya orang yang shalat
itu sedang bermunajat kepada Rabb-nya, maka hendaklah ia memperhatikan
bagaimana ia bermunajat kepada-Nya, yakni janganlah mengeraskan bacaan
Al-Qur`an sebagian kalian kepada sebagian yang lain.” [As-Sunan Al-Kubra
An-Nasa`i no. 3350. Shahih Al-Jami’ no. 1951]
Rasulullah
bersabda pula,
إِذَا قَامَ
أَحَدُكُمْ إِلَى الصَّلاَةِ ، فَلاَ يَبْصُقْ أَمَامَهُ ، فَإِنَّهُ يُنَاجِي
رَبَّهُ مَا دَامَ فِي مُصَلاَّهُ ، وَلاَ عَنْ يَمِينِهِ ، فَإِنَّ عَنْ
يَمِينِهِ مَلَكًا ، وَلْيَبْصُقْ عَنْ شِمَالِهِ ، أَوْ تَحْتَ رِجْلِهِ ،
فَيَدْفِنَهُ.
“Ketika salah seorang dari kalian
berdiri dalam shalat, jangan meludah ke depan, karena sesungguhnya ia sedang
bermunajat kepada Rabb-nya, selama ia berada di tempat shalatnya, jangan pula
ke samping kanan, karena ada malaikat di samping kanannya, hendaklah ia meludah
ke samping kiri atau ke bawah kakinya, dan hendaklah ia mengubur ludahnya itu.”
[Shahih: Shahih Ibnu Hibban no. 2269; As-Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi no. 3742. Shahih
Al-Jami’ no. 715]
Hadits ini,
dengan lafazh senada juga diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih
Muslim.
Dalam
ungkapan lain, Nabi Muhammad juga menyebutkan bahwa orang yang tidak berusaha
menyempurnakan shalat maka ia adalah pencuri paling buruk,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِيْ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ لاَ يَتِمُّ رُكُوْعَهَا
وَ لاَ سُجُوْدَهَا وَ لاَ خُشُوْعَهَا
“Manusia yang paling
buruk dalam mencuri adalah yang mencuri shalatnya, yaitu ia tidak
menyempurnakan ruku`nya, tidak juga sujudnya, dan tidak pula khusyu’nya.
[Shahih: Shahih Al-Jami’ no. 986]
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.