Discuss!

Tentang Keteguhan



Oleh Brilly El-Rasheed
Menurut Ali Ash-Shabuni dalam tafsir Shafwah At-Tafasir, “Orang-orang semacam ini seperti pasukan yang tengah berada dalam kondisi kritis. Pasukan yang berada dalam kondisi kritis cenderung akan berbuat apapun untuk menyelamatkan dirinya. Seandainya mereka diperintahkan untuk murtad –asalkan itu bisa menyelamatkan dirinya— tentu mereka akan bergegas untuk kembali murtad.
Asy-Syaukani dalam Fat-h Al-Qadir-nya menyebutkan dari para ulama mufassir bahwa makna ‘ala harfin adalah beribadah Allah dengan syarat, yaitu jika mendapatkan nikmat, maka beribadah, jika mendapatkan musibah, maka murtad.
Seperti produsen film religi maupun para aktor-aktrisnya yang memproduksi film bernafaskan Islam karena mendatangkan keuntungan finansial yang besar. Seperti kandidat pemimpin yang berbagi karena ingin agar dipilih. Seperti pengasong SEPILIS yang mendakwahkan SEPILIS karena mendapatkan kucuran dana yang besar dari komprador Yahudi.
Seperti musyrikun jahiliyyah yang menyembah Allah karena butuh keselamatan dari bencana namun ketika telah selamat maka kembali menyembah selain Allah. Seperti penukar agama dengan dunia yang berdakwah karena mendapatkan upah.
Seperti ulama yang “menjulurkan lidahnya” seperti anjing yang terengah-engah. Seperti munafiqun mantan jahiliyyah, di masa Rasulullah, yang menolak berjihad atau mengaku berjasa dalam kemenangan jihad ketika kaum muslimin tampak menang dan kafirin tampak kalah.
Seperti pengubah hukum-hukum Allah karena ingin mendapatkan kenikmatan duniawi. Seperti pengelola dana infaq yang mengambil sebagiannya untuk dirinya sendiri. Seperti orang-orang yang bermuka dua yaitu kadang mengikuti orang beriman kadang mengikuti orang kafir. Seperti orang-orang yang beralih membela kafirin ketika mendapatkan himpitan dari kafirin gara-gara mereka membela muslimin. Dan sebagainya.
Padahal kita diperintah ibadah kepada Allah semata selama-lamanya hingga datang ajal. Kita diperintah istiqamah dalam ibadah. Kita diperintah ikhlash dalam ibadah. Kita diperintah mengingat Allah dalam kondisi senang maupun susah. Kita diperintah ridha dengan segala taqdir-Nya. Kita diperintah beribadah bukan untuk meraup kenikmatan dunia. Allah memfirmankan ketiga ayat ini adalah ingin agar seluruh manusia menyembah Allah secara total dan tidak setengah-setengah, sebagaimana firman Allah dalam sebuah hadits qudsi.
Makna potongan ayat, “Berbaliklah dia ke belakang”, oleh tafsir Jalalain dan Fat-h Al-Qadir dimaknai murtad. Yaitu mereka yang menyembah Allah ‘ala harfin itu ketika mendapatkan ketidaknyamanan hidup maka mereka murtad kembali kepada agama sebelumnya. Hal yang sama juga dilontarkan Az-Zuhaili dalam At-Tafsir Al-Wasith-nya, mengikuti ulama mufassir lainnya.
Untuk ayat yang ke-13 dari surah Al-Hajj ini, Al-Qurthubi (12/19) mengisyaratkan kepada QS. Yunus: 18 dan QS. Az-Zumar: 3. Hal ini seakan Al-Qurthubi menyamakan kondisi orang yang berislam hanya ketika mendapatkan kenikmatan dengan kondisi musyrikun jahiliyyah Arab. 
Dijelaskan oleh An-Nasafi dalam tafsir Al-Madarik At-Tanzil dan Ats-Tsa’alabi dalam tafsir Al-Jawahir Al-Hisan, bahwa yang dimaksud pada ayat 12 dan 13 adalah Al-Autsan. Oleh Ibnu Al-Jauzi dalam Zad Al-Masir, dimaknakan dengan Al-Ashnam. Keduanya bermakna sama yaitu sesuatu yang disembah selain Allah, yang dikontekskan pada musyrikun Jahiliyyah Arab adalah replika orang-orang shalih yang telah meninggal yang dipercaya sebagai pendamping Allah dalam mengatur alam dan memenuhi kebutuhan hamba sekaligus medium menyembah Allah.

Admin: Abu Yahya

Related

Education 2814695011656034055

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item