Bijaksana, Begitu Mempesona
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/bijaksana-begitu-mempesona.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Beruntunglah orang yang dikaruniai oleh Allah hikmah, karena hikmah adalah karunia kebaikan yang melimpah. “Barangsiapa dianugerahi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.” [Al-Qur`an surah Al-Baqarah no. 269]
Beruntunglah orang yang dikaruniai oleh Allah hikmah, karena hikmah adalah karunia kebaikan yang melimpah. “Barangsiapa dianugerahi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebaikan yang banyak.” [Al-Qur`an surah Al-Baqarah no. 269]
Pantaslah bila Allah tidak melarang iri kepada orang-orang yang Allah beri
hikmah. Rasulullah menyatakan, “Tidak boleh iri kecuali kepada dua orang; orang
yang diberi harta oleh Allah kemudian ia mengalokasikannya dalam kebenaran; dan
orang yang dianugerahi hikmah kemudian ia melaksanakan dan mengajarkannya.”
[Shahih Al-Bukhari no. 7141]
Hikmah adalah pilar kebaikan, darinya lahir kemuliaan dan keagungan kepribadian muslim. Pemilik hikmah akan memiliki tiga inti akhlak mulia, sebagaimana ditulis Doktor Sa’id Al-Qahthani dalam Al-Khuluq Al-Hasan fi Dhau` Al-Kitab wa As-Sunnah, adil yang dapat mencegah si empunya dari zhalim, hilm (lemah lembut) yang bisa menghindarkan si empunya dari amarah, dan ilmu yang mampu menghalangi si empunya dari sikap bodoh.
Sementara orang yang tidak dikehendaki Allah memiliki hikmah, sehingga ia
tidak memiliki tiga inti akhlak mulia itu, maka ia akan jauh dari kemuliaan
akhlak. Dalam Madarij As-Salikin 2/294, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menyebutkan,
“Sumber munculnya semua akhlaq yang rendah dan tercela
ada empat hal yang menjadi pilar dan penyangganya, (1) Al-Jahlu (kebodohan),
(2) Azh-Zhulm (kezhaliman), (3) Asy-Syahwah (syahwat/nafsu yang tak
terkendali), (4) Al-Ghadhab (kemarahan).”
Kita berlindung kepada Allah dari
terhalang mendapatkan karakter hikmah. Pasalnya, Allah memerintahkan kita untuk
menghiasi dakwah dengan hikmah agar dakwah tak berbuah sepah. “Serulah
kepada jalan Rabb-mu dengan penuh hikmah dan pelajaran yang baik.”
[Al-Qur`an surah An-Nahl no. 125]
‘Ali bin Abi Thalib pernah
memberikan masukan kepada para da’i, “Berbicaralah kepada manusia dengan apa
yang mereka mengerti, atau inginkah kalian Allah didustakan?” Apa yang dinyatakan
‘Ali ini merupakan bagian dari dakwah yang bijak, penuh hikmah. Mendakwahkan Islam adalah kebaikan. Tapi kalau metodenya salah, bisa-bisa
Islam dianggap sebuah rekayasa belaka.
Begitu urgennya hikmah bagi kejayaan
Islam, sampai-sampai Allah membekali Rasulullah dengan hikmah. Yaitu tatkala
Rasulullah hendak menjalani momentum isra` dan mi’raj. Ketika itu beliau masih
tinggal di Makkah. Suatu malam, atap rumah Rasulullah membuka, kemudian Jibril
turun dan membuka dada Rasulullah dan membasuhnya dengan air zamzam. Jibril
membawa bejana emas yang berisi hikmah dan iman kemudian menuangkannya ke dalam
dada Rasulullah. Setelah Jibril menutup kembali dada Rasulullah, Jibril
memegang tangan beliau dan mengajak beliau naik ke langit. [Shahih Al-Bukhari
no. 3164; Shahih Muslim no. 163]
Peristiwa penuangan hikmah ke dada
Rasulullah ini telah diisyaratkan oleh Allah dalam Al-Qur`an beberapa kali. “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada
orang-orang mu`min ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari
golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah,
membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah.
Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam
kesesatan yang nyata.” [Al-Qur`an surah Ali ‘Imran no. 164]
Jadi, yang dibekali Allah dengan hikmah
itu tidak hanya Rasulullah Muhammad, tapi seluruh nabi dan rasul. Sebagaimana
Allah sebutkan dalam surah Al-Baqarah no. 129, 231, dan surah Al-Jumu’ah no. 2.
Admin: Ali Akbar
Admin: Ali Akbar
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.