Walau Secuil Kurma Kering
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/walau-secuil-kurma-kering.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Kesediaan menerima kebaikan dari sesama muslim menjadi pemicu kemakmuran.
Betapa tidak? Dengannya akan tumbuh kasih sayang sesama muslim, sebagaimana
diajarkan Nabi, berilah hadiah maka kalian akan saling mencintai. Dengannya
akan terjalin persatuan ummat Islam. Dengannya akan mengundang keberkahan
al-jama’ah.
Dengannya akan terbentuk masyarakat cinta shadaqah. Islam mengajarkan
membalas kebaikan orang lain, maka ketika seseorang menerima pemberian
saudaranya, ia akan berusaha membalasnya dengan yang setara atau minimal dengan
doa. Dengan inilah akan terwujud tradisi saling mendoakan kebaikan, maka dunia
pun akan semakin makmur.
Rasulullah berkata,
مَنِ
اسْتَعَاذَ بِاللَّهِ فَأَعِيذُوهُ وَمَنْ سَأَلَ بِاللَّهِ فَأَعْطُوهُ وَمَنْ
دَعَاكُمْ فَأَجِيبُوهُ وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ
لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ
كَافَأْتُمُوهُ
“Barangsiapa
meminta perlindungan kepada kalian atas nama Allah, maka lindungilah.
Barangsiapa meminta kepada kalian atas nama Allah, maka berilah ia. Barangsiapa
mengundang kalian, maka penuhilah undangannya. Barangsiapa meminta upah kepada
kalian atas nama Allah, maka berilah upahnya. Barangsiapa memberikan kebaikan
kepada kalian, maka balaslah sampai setara, jika kalian tidak mendapatkan
(sesuatu untuk membalas hingga setara) maka berdoalah kepada Allah untuknya sampai
kalian rasa sudah setara.” [Ash-Shahihah no. 254]
Dengannya akan terbentuk pribadi yang selalu memuliakan siapapun yang berbuat kebaikan, karena perasaannya peka. Jika orang yang berbaik hati ditolak kebaikannya, maka lambat laun semangat berbaginya akan padam, dan bisa jadi ia akan menjadi bakhil atau minimalnya ia menjadi malas atau minder untuk berbagi.
Dengannya pula akan terbentuk jiwa-jiwa santun dan tawadhu’ karena menolak
pemberian, sadar atau tidak, akan mendidik jiwa menjadi orang yang pongah, takabbur,
ujub, gemar mengghibah dan suuzhzhan. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud,
عَنِ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى
قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ
أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ ».
Rasulullah bersabda, “Tidak akan
masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebesar dzarrah dari kesombongan.” Salah seorang shahabat lantas bertanya, “Sesungguhnya seseorang senang jika bajunya bagus dan
sandalnya baik?” Maka beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah Dzat yang Maha Indah dan senang dengan keindahan, Al-Kibru
(sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” [Shahih Muslim no. 275]
Selain memicu munculnya takabbur dalam qalbu, menolak
pemberian juga termasuk kufur nikmat. Nabi bersabda,
إِذَا آتاَكَ اللهُ تَعَالَى مَالاً لَمْ تَسْأَلُهُ وَ لَمْ
تَشُرُّهُ إِلَيْهِ نَفْسَكَ فَاقْبِلْهُ فَإِنَّمَا هُوَ رِزْقٌ سَاقَهُ اللهُ
إِلَيْكَ
Dari ‘Umar, Rasulullah berkata, “Jika Allah Yang Mulia
mengaruniaimu harta yang kamu tidak memintanya dan mencari-carinya, maka
terimalah, sebab itu adalah rizqi yang Allah kucurkan padamu.” [Shahih Al-Jami’
no. 256] Sudah barang tentu termasuk karunia Allah adalah dengan jalan
pemberian dari seseorang.
Admin: Abu Yahya
Admin: Abu Yahya
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.