Menjaga Kemuliaan Umat Islam
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/menjaga-kemuliaan-umat-islam.html
Rasulullah menganjurkan untuk
memuliakan para ahli ilmu Islam. Memuliakan ulama adalah karakter khas pengikut
beliau.
لَيْسَ مِنَّا
مَنْ لَمْ يُجِلْ
كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
“Bukan dari golongan kami, orang
yang tidak menghormati yang lebih tua dan
mengasih sayangi yang lebih muda dan mengetahui hak-hak ulama
kita.” [Hasan:
Shahih Al-Jami’ no. 5443; Shahih
At-Targhib wa At-Tarhib no. 96]
Rasulullah bahkan mengeluarkan orang yang tidak menghargai para ulama
dari jajaran umat Islam,
لَيْسَ
مِنْ أُمَّتِيْ مَنْ لَمْ يُجِلْ كَبِيْرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ
لِعَالِمِنَا
“Tidak termasuk umatku orang yang tidak menghormati yang
lebih tua dan menyayangi yang lebih muda dan menghargai ulama kita.” [Hasan:
Shahih At-Targhib wa At-Tarhib no. 101]
Menghormati ulama kini mulai menjadi barang langka, seolah ditimbun oleh hawa nafsu dan prasangka
buruk kepada para ulama dan kehormatan mereka. Kita bisa melihat akhir-akhir
ini betapa sebagian besar manusia mulai mencampakkan para ulama, menganggap
para ulama itu hanya memenuhi kebutuhan pribadi dalam dakwahnya, menuduh para
ulama itu tak tahu realita dan tidak humanis.
Fatwa-fatwa
para ulama dianggap angin lalu. Lebih-lebih dengan adanya perselisihan (ikhtilaf)
di kalangan ulama, sebagian orang merasa lelah dan bosan untuk kembali mengkaji
Islam melalui para ulama, sehingga ada saja muslim yang belajar Islam dari
orang kafir/nonmuslim. Apalagi saat fatwa para ulama tidak memihak kepentingan
masyarakat.
Sikap
meremehkan ulama inilah yang harus segera dihapus dari dada-dada sebagian kaum muslimin. Diharapkan ada langkah konkrit dari para pemerintah dan
tokoh masyarakat mengajak kaum muslimin untuk kembali merapat ke barisan para
ulama dan menimba ilmu dari mereka.
Perlu
disadarkan tentang wajibnya menjaga adab di hadapan para ulama Islam. Kalaupun
terjadi kesalahan pada para ulama, pintu ‘udzur terbuka lebar, dan kita sebagai
umat semestinya mengingatkan, bukan secara serampangan menjatuhkan martabat
para ulama.
Menghina seorang ulama, eksesnya sama dengan menghina seluruh ulama.
Ketika kaum muslimin di suatu wilayah menghina ulama, satu saja, perlahan
perhatian kaum muslimin kepada ulama berkurang, dan klimaksnya, ulama seolah
dimakzulkan dari posisinya sebagai penerus dakwah para nabi dan rasul. Dan
akibat yang paling parah, muslim menjadi bodoh terhadap Islam. Bisa jadi mereka
melakukan penafsiran yang salah terhadap Islam, bisa jadi mereka mengubah-ubah
Islam, bisa jadi mereka membuang Islam jauh-jauh dari kehidupan.
Contoh paling ringan, rokok yang semenjak lama telah menjadi seperti
bahan konsumsi pokok bagi mayoritas muslim Indonesia, bahkan bagi sebagian
orang yang dianggap ulama. Ketika
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram rokok, ramai-ramai
hujatan berbagai kalangan, hingga para kyai dan ustadz pecinta rokok,
menggempur kekokohan ‘azzam anggota MUI dalam menginformasikan hukum-hukum
Islam. Yang ajaib, ada sebagian liberalis muslim yang menyerukan pembubaran
MUI.
Dampak selanjutnya, ketika MUI memfatwakan hal-hal krusial, sebagian
masyarakat muslim Indonesia tak menghiraukan. Paling banter berkomentar,
“Masalah tersebut tidak usah difatwakan juga kami sudah tahu. Seperti tidak ada
pekerjaan saja MUI itu.” Apatah lagi kala MUI menggelontorkan fatwa untuk hal
yang sederhana ataupun yang kontroversial.
Iklim penghormatan terhadap para ulama Islam ini sangat perlu untuk ditumbuhkan dan dilestarikan, dalam rangka penjagaan kemuliaan Islam. Ulama dihormati kaum muslimin, Islam disegani kaum kafirin.
Admin: Abu Yahya
Iklim penghormatan terhadap para ulama Islam ini sangat perlu untuk ditumbuhkan dan dilestarikan, dalam rangka penjagaan kemuliaan Islam. Ulama dihormati kaum muslimin, Islam disegani kaum kafirin.
Admin: Abu Yahya
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.