Discuss!

Ujub Yang Paling Bahaya



Oleh Brilly El-Rasheed 

Satu dosa yang paling menjebak adalah ujub. Ujub mendorong untuk menjadikan diri sendiri sebagai tolok ukur kesuksesan, kemuliaan, kebaikan. Dia akan memusuhi dan membenci, setiap orang yang tidak berbuat seperti yang diinginkannya. Dalam hematnya, dirinya sudah benar, orang lain salah besar. Frekuensi kata tertinggi yang dilontarkannya adalah, “Saya.”
Nabi Muhammad berkata,
ثَلاَثُ مُنْجِيَاتٍ: خَشْيَةُ اللهِ تَعَالَى فِيْ السِّرِّ وَالْعَلاَنِيَةِ وَالْعَدْلُ فِيْ الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَاْلقَصْدُ فِيْ اْلفَقْرِ وَالْغِنَى وَثَلَاثُ مُهْلِكَاتٍ: هَوَى مُتَّبَعٌ وَشُحٌّ مُطَاعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang menyelamatkan: Takut kepada Allah ta’ala dalam kondisi rahasia maupun terang-terangan; Bersikap adil ketika ridha maupun marah; Dan bersikap pertengahan (tidak boros dan tidak pelit) ketika fakir ataupun ketika kaya. Tiga hal yang membinasakan: Hawa yang diikuti; Kikir yang dituruti; Kekaguman seseorang terhadap dirinya sendiri.” [Hasan: Shahih Al-Jami’ no. 3039; Ash-Shahihah no. 1802]
Faktor pemicu ujub antara lain adalah terlalu berlebihan dalam bermuhasabah dimana dia terjerumus ke dalam sikap bangga bahwa dirinya telah banyak beramal shalih dan berlebihan dalam bersyukur atas keberhasilan berbuat kebaikan. Yang paling banyak diingatnya adalah hadits,
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكَ الْمُؤْمِنُ
“Barangsiapa kebaikannya menggembirakannya dan keburukannya menyedihkannya, maka dialah orang mu`min.” [Sunan At-Tirmidzi no. 2318]
Faktor lain adalah dia terlalu berlebihan dalam keinginannya untuk meneladankan kebaikan. Meneladankan kebaikan atau mengajarkan kebaikan dalam bentuk sikap riil memang bentuk dakwah yang efektif. Sayangnya orang yang terjangkit ujub ini ingin agar seluruh gerak-geriknya dijadikan sumber ilmu bagi orang lain.
Dalam hal ini dia telah mensucikan dirinya sendiri, sebab dalam qalbu telah terpatri dengan kuat keyakinan bahwa dirinya telah berada di puncak keutamaan sehingga dia merasa orang lain patut untuk mencontoh kebaikan darinya. Rasulullah dengan tegas bersabda,
لَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ
“Jangan mensucikan diri kalian, Allah lebih tahu tentang orang yang ahli kebaikan di antara kalian.” [Shahih Muslim no. 3992; Sunan Abu Dawud no. 4302. Ash-Shahihah no. 210; Shahih Al-Jami’ no. 7297]
Kondisi ini jauh berbeda dengan para salaf dahulu. Keshalihan mereka terekam hingga kini bukan atas usaha mereka mempromosikan diri, melainkan dipromosikan oleh orang lain. Para salaf lebih banyak menyembunyikan keshalihan mereka karena takut tidak bisa ikhlash.
Rekaman jejak keshalihan mereka ada hingga sekarang adalah bukan karena keinginan mereka, tapi orang lain-lah yang ingin agar generasi khalaf dapat belajar dari mereka. Kalaupun mereka melontarkan kata-kata sarat hikmah, itu murni dari ketulusan qalbu, tanpa rekayasa sedikitpun, dan didorong keinginan melestarikan kebaikan. Dan jarang sekali mereka menjadikan diri sebagai poros ucapan mereka.
Maka sudah saatnya kita mengoreksi diri, benarkah niat kita dalam menampakkan kebaikan itu murni untuk keteladanan? Ataukah untuk popularitas? Atau pula agar tetap diterima oleh orang-orang dekat? Biasanya, ketika ahli ujub sudah tidak diterima lingkungannya, dia akan mencari kambing hitam. Pada taraf paling parah, dia akan mempersalahkan semua orang, dan ujubnya pun semakin menggerogoti qalbunya.
Karenanya, dalam masalah ini Rasulullah telah memberikan nasehat agung dan sarat nilai keteduhan jiwa, beliau bersabda,
لاَ تعْجبُوْا بِعَمَل أَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوْا بِمَا يخْتمُ لَهُ ، فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ دَهْرِهِ، أَوْ برهة مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ ( عَلَيْهِ ) دَخَلَ الْجَنَّةَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلَ فَيَعْمَلُ عَمَلاً سَيِّئًا، وَ إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّىءٍ لَوْ مَاتَ ( عَلَيْهِ ) دَخَلَ النَّارَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلَ فَيَعْمَلُ عَمَلاً صَالِحًا، وَ إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرً اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ فَوَفَقَهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ، ( ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ )
“Janganlah kalian merasa takjub dengan amal seseorang, hingga kalian melihat bagaimana hidupnya berakhir. Karena ada hamba yang beramal sepanjang usianya, atau sebagian usianya dengan amal shalih yang seandainya dia mati dalam keadaan demikian maka dia masuk surga, namun ternyata kondisi berbalik kemudian dia beramal buruk. Dan sesungguhnya hamba benar-benar beramal dalam seluruh usianya dengan amal keburukan yang seandainya dia mati dalam keadaan demikian maka dia masuk neraka, namun kemudian kondisi berbalik dan dia pun beramal shalih. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi seorang hamba, maka Dia menjadikannya beramal sebelum kematiannya dan membimbingnya untuk beramal shalih, kemudian nyawanya dicabut dalam keadaan demikian.” [Shahih: Musnad Ahmad no. 12235. Ash-Shahihah no. 1334; Shahih Al-Jami’ no. 7366]

Admin: Abu Yahya

Related

Technology 7977655844194390487

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item