Dengarkan Suara Hati
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/dengarkan-suara-hati.html
Orang yang tidak bisa merasakan kebahagiaan hakiki adalah orang yang
senantiasa memperturutkan hawa nafsunya menikmati beraneka ragam maksiat. Acuh
dengan bisikan hati yang mulia, yang selalu menunjukkan kepada kebaikan.
Umurnya ia habiskan untuk mendurhakai Allah, hari-harinya penuh dengan dosa,
hingga dosa itu membalut hatinya, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya seluruh
bagian hatinya tertutup noda-noda dosa. Jangankan membimbing ke arah keindahan
hidup, berbisik pun hatinya sudah tak mampu. Dan pada klimaksnya, hati itu
mati. Layaknya seorang manusia yang telah mati, hati yang mati pun tidak akan
lagi bisa memberikan manfaat.
Itu semua adalah dampak dari mengabaikan suara hati yang bersih. Inilah
kenyataan kita, kita acap kali tidak peduli dengan bisikan halus sang hati.
Kita hidup tanpa memperhatikan arahan dari sekerat daging penentu baik buruknya
jasad. Dan akibatnya hidup kita pun tidak terarah, penuh keraguan, penuh
ketidak yakinan, bahkan penuh kesalahan.
Psikolog asal Yale, Robert Stenberg, yang juga ahli di bidang Successful Intelligence, mengungkapkan keprihatinannya atas kenyataan ini, “Salah satu sikap yang paling membahayakan yang telah dilestarikan oleh budaya kerja modern saat ini adalah bahwa kita tidak boleh, dalam situasi apa pun, memercayai suara hati kita. Kita dibesarkan untuk meragukan diri sendiri, untuk tidak memedulikan intuisi. ”
Psikolog asal Yale, Robert Stenberg, yang juga ahli di bidang Successful Intelligence, mengungkapkan keprihatinannya atas kenyataan ini, “Salah satu sikap yang paling membahayakan yang telah dilestarikan oleh budaya kerja modern saat ini adalah bahwa kita tidak boleh, dalam situasi apa pun, memercayai suara hati kita. Kita dibesarkan untuk meragukan diri sendiri, untuk tidak memedulikan intuisi. ”
Sikap acuh terhadap
intuisi nurani ini akan sangat buruk dampaknya sebab seperti kata Seorang pakar
EQ (Emotional Quotient), Robert K. Cooper, Ph.D, hati mengaktifkan nilai-nilai
kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu
yang kita jalani. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta
komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita
untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin, serta melayani.
Hal yang sama juga
ditegaskan oleh Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective
People (New York: Fireside Simon & Schuster Inc., 1990) hal. 109, “Di
sinilah anda berurusan dengan visi dan nilai anda. Di sinilah anda gunakan
anugerah anda –kesadaran diri (self awareness)- untuk memeriksa peta diri anda,
dan jika anda menghargai prinsip yang benar, maka paradigma anda sesungguhnya
berdasarkan pada prinsip dan kenyataan di mana suara hati berperan sebagai
kompasnya.”
Sebagai
bukti konkrit akan urgennya posisi hati dalam diri anak manusia, kita simak
penuturan Robert Stenberg, “Telah dilakukan sebuah survei terhadap ribuan
eksekutif, manajer, dan wiraswastawan yang menunjukkan bahwa sebagian besar di
antara mereka mengandalkan dorongan suara hati sebagai sumber kecerdasan emosi
dalam hampir semua keputusan dan interaksi yang diambilnya selama
bertahun-tahun.”
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.