Discuss!

Dengarkan Suara Hati



Orang yang tidak bisa merasakan kebahagiaan hakiki adalah orang yang senantiasa memperturutkan hawa nafsunya menikmati beraneka ragam maksiat. Acuh dengan bisikan hati yang mulia, yang selalu menunjukkan kepada kebaikan. Umurnya ia habiskan untuk mendurhakai Allah, hari-harinya penuh dengan dosa, hingga dosa itu membalut hatinya, sedikit demi sedikit, sampai akhirnya seluruh bagian hatinya tertutup noda-noda dosa. Jangankan membimbing ke arah keindahan hidup, berbisik pun hatinya sudah tak mampu. Dan pada klimaksnya, hati itu mati. Layaknya seorang manusia yang telah mati, hati yang mati pun tidak akan lagi bisa memberikan manfaat.
Itu semua adalah dampak dari mengabaikan suara hati yang bersih. Inilah kenyataan kita, kita acap kali tidak peduli dengan bisikan halus sang hati. Kita hidup tanpa memperhatikan arahan dari sekerat daging penentu baik buruknya jasad. Dan akibatnya hidup kita pun tidak terarah, penuh keraguan, penuh ketidak yakinan, bahkan penuh kesalahan.
Psikolog asal Yale, Robert Stenberg, yang juga ahli di bidang Successful Intelligence, mengungkapkan keprihatinannya atas kenyataan ini, Salah satu sikap yang paling membahayakan yang telah dilestarikan oleh budaya kerja modern saat ini adalah bahwa kita tidak boleh, dalam situasi apa pun, memercayai suara hati kita. Kita dibesarkan untuk meragukan diri sendiri, untuk tidak memedulikan intuisi.
Sikap acuh terhadap intuisi nurani ini akan sangat buruk dampaknya sebab seperti kata Seorang pakar EQ (Emotional Quotient), Robert K. Cooper, Ph.D, hati mengaktifkan nilai-nilai kita yang terdalam, mengubahnya dari sesuatu yang kita pikir menjadi sesuatu yang kita jalani. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas serta komitmen. Hati adalah sumber energi dan perasaan mendalam yang menuntut kita untuk melakukan pembelajaran, menciptakan kerjasama, memimpin, serta melayani.
Hal yang sama juga ditegaskan oleh Stephen R. Covey dalam The Seven Habits of Highly Effective People (New York: Fireside Simon & Schuster Inc., 1990) hal. 109, “Di sinilah anda berurusan dengan visi dan nilai anda. Di sinilah anda gunakan anugerah anda –kesadaran diri (self awareness)- untuk memeriksa peta diri anda, dan jika anda menghargai prinsip yang benar, maka paradigma anda sesungguhnya berdasarkan pada prinsip dan kenyataan di mana suara hati berperan sebagai kompasnya.”
Sebagai bukti konkrit akan urgennya posisi hati dalam diri anak manusia, kita simak penuturan Robert Stenberg, Telah dilakukan sebuah survei terhadap ribuan eksekutif, manajer, dan wiraswastawan yang menunjukkan bahwa sebagian besar di antara mereka mengandalkan dorongan suara hati sebagai sumber kecerdasan emosi dalam hampir semua keputusan dan interaksi yang diambilnya selama bertahun-tahun.

Related

Science 1862151083394773084

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item