Discuss!

Enam Faktor Obsesi Tinggi (Himmah 'Aliyah)


Memiliki obsesi yang tinggi adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin mengapai kesuksesan nan cemerlang-gemilang. Apa saja faktornya? Berikut ulasannya.

Tabiat Manusia
Karena Allah telah menciptakan manusia sesuai dengan tabiatnya masing-masing oleh karena itu hendaknya seseorang memahami tabiatnya dan memilih tempat-tempat yang tepat sesuai dengan tabiat yang dia miliki untuk mengembangkan potensi diri yang ada padanya, misalnya ada orang yang diberikan kemampuan untuk berpikir, maka hendaknya ia berusaha dalam meningkatkan semangatnya tersebut seperti mengurusi kantor, menulis, mengeluarkan ide-ide yang baik, kemudian menggambarkan tujuan-tujuan, menyusun program-program kerja dan lain-lain. ada orang juga yang diberikan kemampuan banyak untuk bergerak dia senang ke sana kemari,  kalau urusan lapang dialah yang cocok, maka orang seperti ini mencari amalan-amalan yang mendukung tabiatnya tersebut. Rasulullah ketika melihat potensi-potensi para sahabat sesuai dengan tabiat yang mereka miliki, maka beliau memberikan semangat dan menempatkan para sahabat sesuai dengan potensinya. Contohnya Abu Hurairah diberi gelar atau disebutkan wadah dari ilmu, karena Rasulullah melihat beliau kuat hafalannya dan sangat senang  menimba ilmu dan menerima hadist dari Rasulullah sehingga dikenal sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist. Khalid Bin Walid misalnya, beliau ini bukan termasuk sahabat yang banyak menghafal dan bukan pula sederetan sahabat yang banyak meriwayatkan hadist dan penuntut ilmu akan tetapi Rasulullah melihat beliau ini senganya dipeperangan dan mimilki kemampuan dalam berperang, sehinga Rasullullah demikain pula sahabat seperti Abu Bakar dan khalifah setelahnya  mengangkat beliau sebagai panglima perang untuk melawan orang-orang kafir, bahkan beliau diberi gelar sebagai saif min suyufillah (pedang dari pedang-pedang Allah). Demikian dengan yang lain, adapun Ali bin Abi Thalib  dan Muadz bin Jabal mereka ini adalah orang-orang yang faham tentang halal haram dan faham dalam masalah qoda/hukum-hukum maka sahabat tersebut terkenal dengan hukum-hukumnya tersebut karena orang-orang yang bergelut dalam masalah ini seperti qodi atau hakim harus memiliki ketajaman dalam mempraktekkan daripada nash-nsh yang ada tersebut. Sehingga Rasulullah betul-betul dapat memamfaatkan potensi yang dimiliki para sahabat Maka hendaknya kita melihat tabiat masing-masing sehingga kita dapat memilih job yang cocok dengan potensi yang dimiliki supaya Himmah  kita tetap terjaga. 

Bagaimana bapak dan ibu mentarbiyah anak-anaknya di rumah
Rasulullah bersabda, “Tidaklah lahir seorang anak kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Jika  kita melihat hadist tersebut, ini dalam perkara-perkara agama dimana orang tua sangat berpegaruh dalam pembinaan Himmah  anak-anaknya. kalau orang tua senangtiasa mengajarkan perkara-perkara yang tinggi, perkara yang memiliki keutamaan yang besar baik, maka insya Allah anak akan terbentuk seperti didikan orangtuanya begitupun sebaliknya bila mengajarkan perkara-perkara yang hina contonya Ibnu Zubair bin awwam yang senangtiasa, tetapi sebaliknya jika orang tua senangtiasa mengajarkan hal-hal yang hina dan kurang bermamfaat maka anak tersebut akan terbentuk menjadi seperti itu pula. Banyak contoh di kalangan para sahabat, sebagai contoh Zubai ibnu ‘Awwam di mana sahabat ini dijamin masuk surga oleh Rasulullah. Beliau ini senangtiasa mengajarkan anaknya berperang sampai dalam satu kondisi beliau sampaikan kepada anaknya bahwa siapa yang paling duluan masuk dalam pasukan musuh dan paling cepat kembali, ini salah satu contoh sahabat yang membina anaknya dengan menanamkan Himmah  aliyah sehingga tidak heran kalau Ibnu Zubair menjadi seorang khalifah karena sejak awal terlatih seperti itu contoh lain adalah kisah pada perang badar, ada dua anak kecil di antar para sahabat bertanya manakah yang bernama Abu Jahal, lalu berkata kami akan mencari Abu Jahal dan berusaha membunuhnya, dia yang mati atau kami yang terbunuh padahal mereka masih anak-anak, lalu mereka berhasil membunuhnya. Ini karena mereka telah tertarbiyah sejak kecil. Makanya seorang penyair mangatakan “ibu itu adalah madrasah atau tempat belajar” Kalau ibu disiapkan dengan baik maka akan lahir generasi yang baik, dalam kondisi kita sekarang ini banyak orang tua tidak memperhatikan anaknya, membiarkan anaknya banyak bermain, mendengarkan musik, bergelut dengan urusan-urusan hina yang tidak bermamfaat, atau orang tua tidak memilihkan bagi mereka teman-teman yang baik dan tidak memerintahkan anaknya mengerjakan sholat sehingga. Sehingga mereka tumbuh dalam keadaan seperti itu. Oleh karena itu agar Himmah  itu tetap ada maka hendaknya orang tua membina anaknya di rumahnya.

Masyarakat yang baik
Apabila masyarakat itu adalah masyarakat yang solihah di dalamnya senangtiasa dibina akhlak yang mulia maka darinya akan lahir orang yang baik pula. Juga sebaliknya apabila masyarakat memiliki biah yang buruk, hidup dalam tatanan yang kurang baik, maka akan hidup person-person yang buruk pula, contohnya Rasulullah menceritakan kepada para sahabat kisah seorang bani Israil yang telah membunuh 99 orang yang ingin bertaubat, mencari orang yang paling alim di dunia ini lalu ia ditunjukkan kepada orang yang ahli ibadah, lalu ahli ibadah tersebut menghukumi dengan perasanya dan mengatakan tidak ada taubat lagi bagimu, maka dibunuh pula ahli ibadah tersebut sampai korbannya genap 100, dia tidak puas dengan jawaban ahli ibdah tersebut dan keinginannya masih kuat untuk bertaubat maka dia mendatangi alim yang lain dan bertanya apakah taubat saya masih diterima, saya telah membunuh 100 orang. Alim tersebut berkata apa yang menghalangi kamu untuk bertaubat, Allah akan menerima taubatmu. kemudian dia suruh pindah dari kampungnya yang rusak ke kampung yang baik, lalu berangkatlah orang tersebut dan di tengah perjalanan dia meninggal, maka dengan rahmat Allah iapun dicatat sebagai penghuni surga. Dari kisah ini dapat kita mengambil pelajaran bahwa biah ini dapat memproses orang tersebut, maka tanggung jawab kita bagi pejuang-pejuang dakwah untuk mengajak orang ikut dalam majelis-majelis ilmu, dan berlepas diri dari akhlak jahiliyah dan perkara-perkara yang buruk.

Dengan keberadaan para murabbi dan guru bisa menjadi teladan
Yang meraka itu bisa menjadi kudwah bagi person-person. Allah telah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)
Dari ayat ini menunujukkan pentingnya keberadaan murabbi di tengah-tengah muridnya/mutarabbi sebagai orang yang memberikan contoh. Apabila mutarabbi betul-betul menimba ilmu dengan akhlak dari murabbi tersebut, maka akan terbentuk pribadi yang sholeh. Bagaimana seorang murabbi betul-betul  bisa memberikan contoh perbuatan sesuai dengan apa yang disampaikan. Sebagaimana yang telah dicontohkan Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã kepada sahabatnya sampai-sampai beliau mendapat pujian sebagai seorang yang berakhlak mulia. Diriwayatkan dari ‘Aisyah tatkala ditanya tentang bagaimana akhlaknya Rasulullah, beliau menjawab, “Akhlak Rasulullah adalah al-Quran”.  Sahabat dahulu adalah bagaikan Al Qur’an yang berjalan sebab teori-teori yang ada dalam al Qur’an telah dipraktekkan oleh sahabat  di setiap sisi hidupnya sampai Islam dimenangkan.
Inilah pelajaran bagi murabbi untuk mempraktekkan teori-teori yang telah disampaikan kepada mutarabbinya. Contoh ketika Rasululah berbicara tentang jihad, maka beliau adalah orang yang paling terdepan dalam peperangan, dan sanagt pemberani. Suatu saat di Madina orang-orang mendengar sesuatu yang mengagetkan, dan orang – orang sembunyi-sembunyi mencari dimana dan suara apa itu. Namun ternyata Rasulullah telah pulang dari tempat tersebut dengan kudanya tanpa pelana dan mengatakan bahwa tidak ada bahaya. Ini menunjukkan keberanian Rosulullah, beliau bukanlah seorang pengecut.

Tasji’ atau Pemberian Semangat
Kebanyakan orang memiliki semangat tinggi namun kurang diarahkan pada perkara yang kurang bagus. Suatu ketika Ibnu Masud tatkala melewati seorang yang bernyanyi dengan suaranya yang indah,  maka Ibnu Mas’ud berkata alangkah indahnya suaramu dan lebih bagus lagi seandainya engkau membaca Al-Quran lalu pemuda ini karena tertasji’ oleh kata-kata Ibnu Mas’ud dia mulai membaca Al Qur’an dan akhirnya dia menjadi orang yang bersuara indah dalam membaca Al Qur’an. Lalu dia bertanya siapakah orang ini ? maka dijawab dia adalah Ibnu Masud sahabat Rasulullah.
Imam Syafi’i orang yang menguasai syair-syair, yang beliau kuasai dari para pakar-pakarnya. Suatu saat seseorang mendengar Imam Syafi’i sedang melantunkan syair-syair. Orang itu berkata, “Masa engkau dari keturunan Quraiys, masa hanya bisa menghafal syair-syair saja. Tidakkah engkau memulai menghafal Al Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah. Mendengar kata-kata orang ini, Imam Syafi’i tertarji’ untuk belajar kepada Imam Malik sampai beliau menjadi ulama besar, bahkan menjadi salah satu mahzab terbesar. Dari riwayat ini bisa diambil contoh bahwa tasji’ atau penyemangat itu bukan hanya dari orang-orang seperti Ibnu Mas’ud atau semisalnya tetapi bisa saja berasal dari orang-orang umum bahkan orang yang bermaksiat.
Adalah imam Ahmad, yang terkena fitnah tetang Al Qur’an yang dianggap mahluk. tatkala masuk di penjara bersama seorang peminum khamar tetapi peminum itu memberi semangat kepada Imam Ahmad, artinya semangat itu bisa kita ambil dari manapun, apa kata orang tesebut, “Yaa Imam saya ini  masuk penjara karena bermaksiat maka saya dicambuk tapi saya tetap sabar menahan siksaa. sedangkan anda wahai imam dipenjara dan disiksa karena mempertahankan kebenaran, tentunya anda harus lebih kuat dari saya”. Sehingga imam Ahmad, berkata, “Perkataan itulah yang menjadikan saya semakin kuat untuk bertahan siksaan tersebut.”

Iman kepada Allah
Setiap bertambah iman seseorang maka semakin bertambah Himmah  seseorang.

Iman ini akan mengajak kepada akhlak yang baik
Rasulullah bersabda,  “sesungguh aku di utus tidak lain untuk menyempurnakan akhlak manusia” Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al Ankabut:69)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia bersama orang-orang yang berbuat ihsan. Dan ihsan ini adalah kedudukan tertinggi dalam urutan agama ini, Islam, Iman dan Ihsan. Sebagaimana dalan hadist Jibril, ihsan yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, meskipun engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Allah melihatmu. Maka ini adalah tingkatan yang tertinggi..
Maka barang siapa yang telah menyempurnakan keislamannya memenuhi keimannya dengan sekuat tenaga maka hal ini adalah perkara yang sangat penting mengantarkan seseorang untuk mendapatkan Himmah  ‘aliyah.

Membaca Sirah Orang-Orang Besar Yang Telah Berhasil Karirnya
Membaca sirah atau sejarah orang-orang besar yang telah berhasil dalam karirnya, apakah dia seorang muslim ataupun non muslim. Jika dia seorang muslim, tentunya dari para ulama-ulama yang telah berhasil. Dan sebenarnya perkara keberhasilan itu bukanlah suatu yang sulit, karena perkara itu adalah perkara yang manusiawi, yang semua orang bisa meraihnya. Sehingga ini adalah persoalan mudah dan tidak dianggap sebagai persoalan yang tidak mungkin.
Kemudian dari kisah-kisah tersebut, kita juga bisa mempelajari uslub-uslub atau bagaimana tatacara mereka bisa memperoleh keberhasilan tersebut, dan tidak memiliki Himmah  yang rendah. (Transkrip Daurah Imiyah,Masjid Darul Hikmah Antang Makassar 4 Agustus 2007)

Related

Faidah 4245598868911854003

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item