Enam Faktor Obsesi Tinggi (Himmah 'Aliyah)
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/10/enam-faktor-obsesi-tinggi-himmah-aliyah.html
Memiliki obsesi yang tinggi adalah keharusan bagi setiap orang yang ingin mengapai kesuksesan nan cemerlang-gemilang. Apa saja faktornya? Berikut ulasannya.
Tabiat Manusia
Karena Allah telah menciptakan
manusia sesuai dengan tabiatnya masing-masing oleh karena itu hendaknya
seseorang memahami tabiatnya dan memilih tempat-tempat yang tepat sesuai dengan
tabiat yang dia miliki untuk mengembangkan potensi diri yang ada padanya,
misalnya ada orang yang diberikan kemampuan untuk berpikir, maka hendaknya ia
berusaha dalam meningkatkan semangatnya tersebut seperti mengurusi kantor, menulis,
mengeluarkan ide-ide yang baik, kemudian menggambarkan tujuan-tujuan, menyusun
program-program kerja dan lain-lain. ada orang juga yang diberikan kemampuan
banyak untuk bergerak dia senang ke sana kemari, kalau urusan lapang
dialah yang cocok, maka orang seperti ini mencari amalan-amalan yang mendukung
tabiatnya tersebut. Rasulullah ketika melihat potensi-potensi para sahabat
sesuai dengan tabiat yang mereka miliki, maka beliau memberikan semangat dan
menempatkan para sahabat sesuai dengan potensinya. Contohnya Abu Hurairah
diberi gelar atau disebutkan wadah dari ilmu, karena Rasulullah melihat beliau kuat hafalannya dan sangat senang menimba ilmu dan
menerima hadist dari Rasulullah sehingga dikenal sebagai sahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadist. Khalid Bin Walid misalnya, beliau ini bukan termasuk
sahabat yang banyak menghafal dan bukan pula sederetan sahabat yang banyak
meriwayatkan hadist dan penuntut ilmu akan tetapi Rasulullah melihat beliau ini
senganya dipeperangan dan mimilki kemampuan dalam berperang, sehinga
Rasullullah demikain pula sahabat seperti Abu Bakar dan khalifah
setelahnya mengangkat beliau sebagai panglima perang untuk melawan
orang-orang kafir, bahkan beliau diberi gelar sebagai saif min suyufillah (pedang
dari pedang-pedang Allah). Demikian dengan yang lain, adapun Ali bin Abi
Thalib dan Muadz bin Jabal mereka ini adalah orang-orang yang faham
tentang halal haram dan faham dalam masalah qoda/hukum-hukum maka sahabat
tersebut terkenal dengan hukum-hukumnya tersebut karena orang-orang yang
bergelut dalam masalah ini seperti qodi atau hakim harus memiliki ketajaman
dalam mempraktekkan daripada nash-nsh yang ada tersebut. Sehingga Rasulullah
betul-betul dapat memamfaatkan potensi yang dimiliki para sahabat Maka
hendaknya kita melihat tabiat masing-masing sehingga kita dapat memilih job
yang cocok dengan potensi yang dimiliki supaya Himmah kita tetap
terjaga.
Bagaimana bapak dan ibu mentarbiyah
anak-anaknya di rumah
Rasulullah bersabda, “Tidaklah lahir
seorang anak kecuali dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”
Jika kita melihat hadist
tersebut, ini dalam perkara-perkara agama dimana orang tua sangat berpegaruh
dalam pembinaan Himmah anak-anaknya. kalau orang tua senangtiasa
mengajarkan perkara-perkara yang tinggi, perkara yang memiliki keutamaan yang
besar baik, maka insya Allah anak akan terbentuk seperti didikan orangtuanya
begitupun sebaliknya bila mengajarkan perkara-perkara yang hina contonya Ibnu Zubair
bin awwam yang senangtiasa, tetapi sebaliknya jika orang tua senangtiasa
mengajarkan hal-hal yang hina dan kurang bermamfaat maka anak tersebut akan
terbentuk menjadi seperti itu pula. Banyak contoh di kalangan para sahabat,
sebagai contoh Zubai ibnu ‘Awwam di mana sahabat ini dijamin masuk surga oleh
Rasulullah. Beliau ini senangtiasa mengajarkan anaknya berperang sampai dalam
satu kondisi beliau sampaikan kepada anaknya bahwa siapa yang paling duluan
masuk dalam pasukan musuh dan paling cepat kembali, ini salah satu contoh
sahabat yang membina anaknya dengan menanamkan Himmah aliyah sehingga
tidak heran kalau Ibnu Zubair menjadi seorang khalifah karena sejak awal
terlatih seperti itu contoh lain adalah kisah pada perang badar, ada dua anak kecil
di antar para sahabat bertanya manakah yang bernama Abu Jahal, lalu berkata
kami akan mencari Abu Jahal dan berusaha membunuhnya, dia yang mati atau kami
yang terbunuh padahal mereka masih anak-anak, lalu mereka berhasil membunuhnya.
Ini karena mereka telah tertarbiyah sejak kecil. Makanya seorang penyair
mangatakan “ibu itu adalah madrasah atau tempat belajar” Kalau ibu disiapkan
dengan baik maka akan lahir generasi yang baik, dalam kondisi kita sekarang ini
banyak orang tua tidak memperhatikan anaknya, membiarkan anaknya banyak
bermain, mendengarkan musik, bergelut dengan urusan-urusan hina yang tidak
bermamfaat, atau orang tua tidak memilihkan bagi mereka teman-teman yang baik
dan tidak memerintahkan anaknya mengerjakan sholat sehingga. Sehingga mereka tumbuh
dalam keadaan seperti itu. Oleh karena itu agar Himmah itu tetap ada maka
hendaknya orang tua membina anaknya di rumahnya.
Masyarakat yang baik
Apabila masyarakat itu adalah
masyarakat yang solihah di dalamnya senangtiasa dibina akhlak yang mulia maka
darinya akan lahir orang yang baik pula. Juga sebaliknya apabila masyarakat
memiliki biah yang buruk, hidup dalam tatanan yang kurang baik, maka akan hidup
person-person yang buruk pula, contohnya Rasulullah menceritakan kepada para
sahabat kisah seorang bani Israil yang telah membunuh 99 orang yang ingin
bertaubat, mencari orang yang paling alim di dunia ini lalu ia ditunjukkan
kepada orang yang ahli ibadah, lalu ahli ibadah tersebut menghukumi dengan
perasanya dan mengatakan tidak ada taubat lagi bagimu, maka dibunuh pula ahli
ibadah tersebut sampai korbannya genap 100, dia tidak puas dengan jawaban ahli
ibdah tersebut dan keinginannya masih kuat untuk bertaubat maka dia mendatangi
alim yang lain dan bertanya apakah taubat saya masih diterima, saya telah membunuh
100 orang. Alim tersebut berkata apa yang menghalangi kamu untuk bertaubat,
Allah akan menerima taubatmu. kemudian dia suruh pindah dari kampungnya yang
rusak ke kampung yang baik, lalu berangkatlah orang tersebut dan di tengah
perjalanan dia meninggal, maka dengan rahmat Allah iapun dicatat sebagai
penghuni surga. Dari kisah ini dapat kita mengambil pelajaran bahwa biah ini
dapat memproses orang tersebut, maka tanggung jawab kita bagi pejuang-pejuang
dakwah untuk mengajak orang ikut dalam majelis-majelis ilmu, dan berlepas diri
dari akhlak jahiliyah dan perkara-perkara yang buruk.
Dengan keberadaan para murabbi dan
guru bisa menjadi teladan
Yang meraka itu bisa menjadi kudwah bagi person-person. Allah telah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)
Yang meraka itu bisa menjadi kudwah bagi person-person. Allah telah memerintahkan kita untuk meneladani Rasulullah. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al Ahzab:21)
Dari ayat ini menunujukkan
pentingnya keberadaan murabbi di tengah-tengah muridnya/mutarabbi sebagai orang
yang memberikan contoh. Apabila mutarabbi betul-betul menimba ilmu dengan
akhlak dari murabbi tersebut, maka akan terbentuk pribadi yang sholeh.
Bagaimana seorang murabbi betul-betul bisa memberikan contoh perbuatan
sesuai dengan apa yang disampaikan. Sebagaimana yang telah dicontohkan
Rasulullah Õá ÇááÉ Úáíå æÓáã kepada sahabatnya sampai-sampai beliau mendapat
pujian sebagai seorang yang berakhlak mulia. Diriwayatkan dari ‘Aisyah tatkala
ditanya tentang bagaimana akhlaknya Rasulullah, beliau menjawab, “Akhlak
Rasulullah adalah al-Quran”. Sahabat dahulu adalah bagaikan Al Qur’an
yang berjalan sebab teori-teori yang ada dalam al Qur’an telah dipraktekkan
oleh sahabat di setiap sisi hidupnya sampai Islam dimenangkan.
Inilah pelajaran bagi murabbi untuk
mempraktekkan teori-teori yang telah disampaikan kepada mutarabbinya. Contoh
ketika Rasululah berbicara tentang jihad, maka beliau adalah orang yang paling
terdepan dalam peperangan, dan sanagt pemberani. Suatu saat di Madina
orang-orang mendengar sesuatu yang mengagetkan, dan orang – orang
sembunyi-sembunyi mencari dimana dan suara apa itu. Namun ternyata Rasulullah
telah pulang dari tempat tersebut dengan kudanya tanpa pelana dan mengatakan
bahwa tidak ada bahaya. Ini menunjukkan keberanian Rosulullah, beliau bukanlah
seorang pengecut.
Tasji’ atau Pemberian Semangat
Kebanyakan orang memiliki semangat
tinggi namun kurang diarahkan pada perkara yang kurang bagus. Suatu ketika Ibnu
Masud tatkala melewati seorang yang bernyanyi dengan suaranya yang
indah, maka Ibnu Mas’ud berkata alangkah indahnya suaramu dan lebih bagus
lagi seandainya engkau membaca Al-Quran lalu pemuda ini karena tertasji’ oleh
kata-kata Ibnu Mas’ud dia mulai membaca Al Qur’an dan akhirnya dia menjadi
orang yang bersuara indah dalam membaca Al Qur’an. Lalu dia bertanya siapakah
orang ini ? maka dijawab dia adalah Ibnu Masud sahabat Rasulullah.
Imam Syafi’i orang yang menguasai
syair-syair, yang beliau kuasai dari para pakar-pakarnya. Suatu saat seseorang
mendengar Imam Syafi’i sedang melantunkan syair-syair. Orang itu berkata, “Masa
engkau dari keturunan Quraiys, masa hanya bisa menghafal syair-syair saja.
Tidakkah engkau memulai menghafal Al Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah.
Mendengar kata-kata orang ini, Imam Syafi’i tertarji’ untuk belajar kepada Imam
Malik sampai beliau menjadi ulama besar, bahkan menjadi salah satu mahzab
terbesar. Dari riwayat ini bisa diambil contoh bahwa tasji’ atau penyemangat
itu bukan hanya dari orang-orang seperti Ibnu Mas’ud atau semisalnya tetapi
bisa saja berasal dari orang-orang umum bahkan orang yang bermaksiat.
Adalah imam Ahmad, yang terkena
fitnah tetang Al Qur’an yang dianggap mahluk. tatkala masuk di penjara bersama
seorang peminum khamar tetapi peminum itu memberi semangat kepada Imam Ahmad,
artinya semangat itu bisa kita ambil dari manapun, apa kata orang tesebut, “Yaa
Imam saya ini masuk penjara karena bermaksiat maka saya dicambuk tapi
saya tetap sabar menahan siksaa. sedangkan anda wahai imam dipenjara dan
disiksa karena mempertahankan kebenaran, tentunya anda harus lebih kuat dari
saya”. Sehingga imam Ahmad, berkata, “Perkataan itulah yang menjadikan saya
semakin kuat untuk bertahan siksaan tersebut.”
Iman kepada Allah
Setiap bertambah iman seseorang maka
semakin bertambah Himmah seseorang.
Iman ini akan mengajak kepada akhlak
yang baik
Rasulullah bersabda, “sesungguh aku di utus tidak lain untuk
menyempurnakan akhlak manusia” Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berjihad
untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka
jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang
berbuat baik” (QS. Al Ankabut:69)
Dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa
Dia bersama orang-orang yang berbuat ihsan. Dan ihsan ini adalah kedudukan
tertinggi dalam urutan agama ini, Islam, Iman dan Ihsan. Sebagaimana dalan
hadist Jibril, ihsan yaitu engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau
melihatnya, meskipun engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Allah melihatmu.
Maka ini adalah tingkatan yang tertinggi..
Maka barang siapa yang telah menyempurnakan keislamannya memenuhi keimannya dengan sekuat tenaga maka hal ini adalah perkara yang sangat penting mengantarkan seseorang untuk mendapatkan Himmah ‘aliyah.
Maka barang siapa yang telah menyempurnakan keislamannya memenuhi keimannya dengan sekuat tenaga maka hal ini adalah perkara yang sangat penting mengantarkan seseorang untuk mendapatkan Himmah ‘aliyah.
Membaca Sirah Orang-Orang Besar Yang
Telah Berhasil Karirnya
Membaca sirah atau sejarah
orang-orang besar yang telah berhasil dalam karirnya, apakah dia seorang muslim
ataupun non muslim. Jika dia seorang muslim, tentunya dari para ulama-ulama
yang telah berhasil. Dan sebenarnya perkara keberhasilan itu bukanlah suatu
yang sulit, karena perkara itu adalah perkara yang manusiawi, yang semua orang
bisa meraihnya. Sehingga ini adalah persoalan mudah dan tidak dianggap sebagai
persoalan yang tidak mungkin.
Kemudian dari kisah-kisah tersebut,
kita juga bisa mempelajari uslub-uslub atau bagaimana tatacara mereka bisa
memperoleh keberhasilan tersebut, dan tidak memiliki Himmah yang rendah.
(Transkrip Daurah Imiyah,Masjid Darul Hikmah Antang Makassar 4 Agustus 2007)
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.