Mengadu Hanya Kepada Allah Ta'ala
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/10/mengadu-hanya-kepada-allah-taala.html
Di antara manusia ada yang
mengaduh kepada makhluk tetapi tidak mengaduh kepada Tuhannya, tidak berlindung
kepada-Nya dan tidak menempatkan hajat-hajat-Nya kepada-Nya. Apabila mengalami
gangguan, penindasan atau musibah ia tidak merujuk kepada dirinya untuk
membersihkannya dari dosa-dosa yang telah menyebabkan musibah. Adapun orang
yang benar imannya maka Allah menganugerahkan ketenangan, ridho
dan yakin di dalam hatinya, maka maju dan mundurnya dunia baginya adalah sama
saja, bahkan ia takut kepada datangnya dunia, takut kalau menggodanya dan
menghalanginya dari Tuhannya, melalaikan dan menjerumuskannya, dan Allah telah
memperingatkan kita dari padanya.
Orang yang benar imannya adalah orang yang
diberi kekuatan hati oleh Allah, diberi ketegaran, kesabaran dan keuletan,
karena ia terhubung terus dengan Tuhannya maka ia tidak dipusingkan oleh tipu
daya, tidak dibingungkan oleh peristiwa dan tidak kehilangan kesadaran dan
kesabarannya karena cemoohan orang yang mencemooh dan hinaan orang yang
menghina.
Betapa kita membutuhkan kepada
keteladanan dari orang-orang mukmin yang shadiq, yang hidup untuk akhiratnya,
menjual dirinya, harta dan waktunya kepada Tuhannya.
Ibnu Al-Qayyim berkata mengomentari
ayat ini, “Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan
menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak
lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu. Atau siapakah dia ini yang memberi kamu
rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan
dan menjauhkan diri?” (al-Mulk: 20-21),
Allah menyatukan
antara kemenangan dan rizki, karena sorang hamba itu memerlukan kepada pihak
yang dapat menghalau musuh dengan pertolongannya dan menarik kemanfaatan dengan
rizkinya. Jadi harus ada yang menolongan dan yang memberi rizki dan Allah
sendirilah yang menolongan dan yang memberi rizki”.
Di antara kesempurnaan kecerdasan
seorang hamba dia mengetahui bahwa bila Allah menimpakan kepadanya satu musibah
tidak ada yang mengangkatnya kecuali Diri-Nya, dan apabila mendapatkan nikmat
maka tidak ada yang memberinya selain Diri-Nya. Dia ingat bahwa Allah memberi
wahyu kepada salah satu Nabi-Nya. Kenalilah untukku Lathif al-Fithnah (lembutnya
kecerdasan) dan Khafiy al-Luthf (samarnya kasih sayang), karena aku
mencintai itu. Dia bertanya: “Ya Rabbi apa itu Lathif al-Fithnah? Dia menjawab:
“Jika seekor lalat jatuh kepadamu maka ketahuilah bahwa Akulah yang
menjatuhkannya maka mintalah Aku agar Aku mengangkatnya. Dia bertanya: Apa itu
Khafiy al-Luthf? Dia berkata: “Bila kamu didatangi ular maka ketahuilah bahwa
Aku mengingatkanmu dengannya”. Allah berfirman tentang tukang sihir: (وَمَا هُمْ
بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ) “Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun kecuali dengan izin Allah” (al-Baqarah: 102).
Diambil dari buku Energi Iman, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Beli bukunya, bangkitkan energi iman Anda!
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.