Discuss!

'Meneladani' Obsesi Syiah Qaramithah




Tinggi atau rendahnya himmah sangat mempengaruhi kinerja dan pola hidup seseorang. Orang yang memiliki himmah (ambisi/tekad) yang tinggi, hidupnya akan lebih teratur, kegiatannya lebih tersusun, tujuannya lebih jelas dan hidupnya lebih bersemangat. Orang dengan himmah yang tinggi akan mengatur setiap kegiatannya agar benar-benar bermanfaat dan mendukung tercapainya harapan yang ia cita-citakan. Ia akan meninggalkan kegiatan-kegiatan kurang bermanfaat dan sia-sia apalagi yang merugikan. Orang yang memiliki himmah yang tinggi akan memiliki target yang besar dan tujuan yang agung kemudian konsentrasi pada tujuan yang ingin dicapainya, serta melakukan segala hal yang kiranya menjadi syarat terwujudnya tujuan tersebut.

Seorang muslim yang memiliki himmah yang ‘aaliyah, yang tujuan hidupnya hanyalah Allah semata, ingin menggapai ridho-Nya dan mendapatkan surga-Nya, akan melaksanakan setiap perintah-perintah-Nya tanpa sedikitpun inkar dan tidak akan melanggar larangan-larangan-Nya. Segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya tujuan ini akan ia tinggalkan.

Himmah juga merupakan awal atau fondasi suatu perkara. Mamsat Ad-Dai Nawari berkata: “Jagalah himmahmu, sesungguhnya himmah adalah awal dari setiap perkara”

Himmah yang tinggi akan melahirkan sesuatu yang tinggi, sedang himmah yang rendah hanya akan melahirkan sesuatu yang kecil dan kurang berarti.

Ada juga ungkapan dari beberapa ‘ulama yang mengatakan: Seandainya para penguasa(raja-raja) dan anak-anak penguasa(anak-anak raja) mengetahui kenikmatan yang kami rasakan, niscaya mereka akan mereka akan merebutnya dengan pedang-pedang mereka”

Yang dimaksud adalah kenikmatan bisa dengan dengan Allah yang Maha Perkasa, Sang Penguasa alam semesta.

Ada sebuah kisah, konon kisah ini berasal dari Daulah Qaramithah, daulah ini merupakan salah satu dari cabang Syi’ah. Suatu ketika daulah ini dimusnahkan karena ajarannya yang sesat. Dari peristiwa pemberangusan tersebut penduduk laki-laki yang selamat hanya tiga orang. Kemudian salah satu dari ketiga orang tersebut pergi kesuatu daerah dan dia bertekad ingin menyebarkan faham syi’ahnya dan membangun kembali negara syi’ah yang telah dimusnahkan. Akhirnya didaerah tersebut ia memilih tinggal di sebuah masjid dan menjadi seorang ahli ibadah. Ia tinggalkan segala bentuk kehidupan duniawi dan menghabiskan waku hanya untuk beribadah di masjid. Ia bertekad untuk membangun kepercayaan masyarakat agar mereka yakin bahwa orang tersebut memang adalah seorang ahli ibadah.

Setelah sekian lama menetap didaerah tersebut, masyarakat mulai mengakuinya sebagai ahli ibadah, hingga akhirnya mereka memintanya untuk menjadi pengajar bagi anak-anak mereka agar mengajarkan ilmu agama. Akhirnya secara diam-diam anak-anak tersebut ia kader dengan faham-faham syi’ah-nya yang sesat.

Suatu hari ia ingin mencari kerja, dan tidak diragukan lagi bahwa setiap orang pasti akan sangat senang memiliki seorang ahli ibadah bekerja ditempatnya. Akhirnya orang tersebut mendapatkan pekerjaan yang dicarinya, namun sebelum bekerja ia mengajukan persyaratan, yakni: agar diberi waktu istirahat untuk melaksanakan shalat Dhuhur dan ia hanya meminta gaji sebesar satu dirham. Tentu saja orang yang memberinya pekerjaan sangat senang dengan persyarat tersebut, karena syaratnya begitu mudah bahkan dia hanya minta gaji satu dirham yang jelas sangat menguntungkan. Namun timbul sengketa ditengah masyarakat, mereka saling berebut agar orang ini bekerja ditempatnya. Akhirnya muncul kesepakatan bahwa lebih baik orang ini diserahi tugas mengajar anak-anak dan digaji bersama-sama. Kemudian orang ini setuju dengan syarat, ia hanya digaji satu dirham. Lagi-lagi syarat yang sangat mudah dan menguntungkan. Sebenarnya, dibalik syarat yang sederhana itu ia ingin membangun kepercayaan masyarakat bahwa ia benar-benar seorang yang ahli ibadah, zuhud, tawadhu’ dan tulus. Rencana pun berhasil.
Suatu hari masyarakat ingin mengganti gubernur yang lama karena sudah lanjut usia, dan masyarakat sepakat bahwa ahli ibadah tersebut yang paling pantas untuk menjadi gubernur daerah itu. Pada akhirnya, setelah ia mendapatkan kekuasaan, kekuatan dan pasukan, ia pun mulai menunjukkkan aqidah syi’ah-nya. Semua orang ahlus sunnah yang menentangnya didaerah tersebut ia bunuh, dengan bantuan kader-kadernya (anak-anak penduduk yang belajar padanya) ia berhasil menguasai daerah tersebut dan menyebarkan faham syi’ah-nya. Akhirnya berdirilah negera syi’ah yang ia cita-citakan. Seorang diri, mulai dari titik awal, dan berbekal tekad serta ambisi yang kuat ia berhasil mewujudkan cita-citanya: berdirinya kembali daulah yang berfaham syi’ah.

Related

Science 407395536926998925

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item