'Meneladani' Obsesi Syiah Qaramithah
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/10/meneladani-obsesi-syiah-qaramithah.html
Tinggi atau rendahnya himmah
sangat mempengaruhi kinerja dan pola hidup seseorang. Orang yang memiliki
himmah (ambisi/tekad) yang tinggi, hidupnya akan lebih teratur, kegiatannya lebih tersusun, tujuannya lebih jelas dan hidupnya lebih bersemangat.
Orang dengan himmah yang tinggi akan mengatur setiap kegiatannya agar
benar-benar bermanfaat dan mendukung tercapainya harapan yang ia cita-citakan.
Ia akan meninggalkan kegiatan-kegiatan kurang bermanfaat dan sia-sia apalagi
yang merugikan. Orang yang memiliki himmah yang tinggi akan memiliki target
yang besar dan tujuan yang agung kemudian konsentrasi pada tujuan yang ingin
dicapainya, serta melakukan segala hal yang kiranya menjadi syarat terwujudnya
tujuan tersebut.
Seorang muslim yang memiliki
himmah yang ‘aaliyah, yang tujuan
hidupnya hanyalah Allah semata, ingin menggapai ridho-Nya dan mendapatkan
surga-Nya, akan melaksanakan setiap perintah-perintah-Nya tanpa sedikitpun
inkar dan tidak akan melanggar larangan-larangan-Nya. Segala sesuatu yang dapat
menghambat tercapainya tujuan ini akan ia tinggalkan.
Himmah juga merupakan awal atau
fondasi suatu perkara. Mamsat Ad-Dai Nawari berkata: “Jagalah himmahmu, sesungguhnya himmah adalah awal dari setiap perkara”
Himmah yang tinggi akan
melahirkan sesuatu yang tinggi, sedang himmah yang rendah hanya akan melahirkan
sesuatu yang kecil dan kurang berarti.
Ada juga ungkapan dari beberapa
‘ulama yang mengatakan: “Seandainya para penguasa(raja-raja) dan anak-anak
penguasa(anak-anak raja) mengetahui kenikmatan yang kami rasakan, niscaya
mereka akan mereka akan merebutnya dengan pedang-pedang mereka”
Yang dimaksud adalah kenikmatan
bisa dengan dengan Allah yang Maha Perkasa, Sang Penguasa alam semesta.
Ada sebuah kisah, konon kisah ini
berasal dari Daulah Qaramithah, daulah ini merupakan salah satu dari cabang
Syi’ah. Suatu ketika daulah ini dimusnahkan karena ajarannya yang sesat. Dari
peristiwa pemberangusan tersebut penduduk laki-laki yang selamat hanya tiga
orang. Kemudian salah satu dari ketiga orang tersebut pergi kesuatu daerah dan
dia bertekad ingin menyebarkan faham syi’ahnya dan membangun kembali negara
syi’ah yang telah dimusnahkan. Akhirnya didaerah tersebut ia memilih tinggal di sebuah masjid dan menjadi seorang ahli ibadah. Ia tinggalkan segala bentuk
kehidupan duniawi dan menghabiskan waku hanya untuk beribadah di masjid. Ia
bertekad untuk membangun kepercayaan masyarakat agar mereka yakin bahwa orang
tersebut memang adalah seorang ahli ibadah.
Setelah sekian lama menetap
didaerah tersebut, masyarakat mulai mengakuinya sebagai ahli ibadah, hingga
akhirnya mereka memintanya untuk menjadi pengajar bagi anak-anak mereka agar
mengajarkan ilmu agama. Akhirnya secara diam-diam anak-anak tersebut ia kader
dengan faham-faham syi’ah-nya yang sesat.
Suatu hari ia ingin mencari
kerja, dan tidak diragukan lagi bahwa setiap orang pasti akan sangat senang
memiliki seorang ahli ibadah bekerja ditempatnya. Akhirnya orang tersebut
mendapatkan pekerjaan yang dicarinya, namun sebelum bekerja ia mengajukan
persyaratan, yakni: agar diberi waktu istirahat untuk melaksanakan shalat
Dhuhur dan ia hanya meminta gaji sebesar satu dirham. Tentu saja orang yang
memberinya pekerjaan sangat senang dengan persyarat tersebut, karena syaratnya
begitu mudah bahkan dia hanya minta gaji satu dirham yang jelas sangat
menguntungkan. Namun timbul sengketa ditengah masyarakat, mereka saling berebut
agar orang ini bekerja ditempatnya. Akhirnya muncul kesepakatan bahwa lebih
baik orang ini diserahi tugas mengajar anak-anak dan digaji bersama-sama.
Kemudian orang ini setuju dengan syarat, ia hanya digaji satu dirham. Lagi-lagi
syarat yang sangat mudah dan menguntungkan. Sebenarnya, dibalik syarat yang
sederhana itu ia ingin membangun kepercayaan masyarakat bahwa ia benar-benar
seorang yang ahli ibadah, zuhud, tawadhu’ dan tulus. Rencana pun berhasil.
Suatu hari masyarakat ingin mengganti gubernur yang
lama karena sudah lanjut usia, dan masyarakat sepakat bahwa ahli ibadah
tersebut yang paling pantas untuk menjadi gubernur daerah itu. Pada akhirnya,
setelah ia mendapatkan kekuasaan, kekuatan dan pasukan, ia pun mulai
menunjukkkan aqidah syi’ah-nya. Semua orang ahlus sunnah yang menentangnya
didaerah tersebut ia bunuh, dengan bantuan kader-kadernya (anak-anak penduduk
yang belajar padanya) ia berhasil menguasai daerah tersebut dan menyebarkan
faham syi’ah-nya. Akhirnya berdirilah negera syi’ah yang ia cita-citakan.
Seorang diri, mulai dari titik awal, dan berbekal tekad serta ambisi yang kuat
ia berhasil mewujudkan cita-citanya: berdirinya kembali daulah yang berfaham
syi’ah.
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.