Discuss!

Renungan Kematian: Menunggu Giliran



Anda tentu selalu teringat saat-saat Anda berada di ruang tunggu rumah sakit atau sejenisnya, saat Anda menunggu giliran dipanggil...
Saat itu segala wujud kebosanan tumpah ruah di satu waktu, Anda cicipi bersama keheningan. Teman mengobrol pun selalu dipandang menjemukan. Makanan ringan dan minuman kaleng hanya mampu membuat Anda sekadar me-nikmati kebuntuan dengan nada-nada yang sedikit sumbang. ‘Tak ada yang lebih menyebalkan dari pekerjaan menunggu dan menunggu,’ itu rumus bagi bagi orang yang malas menjalani antrian.
Tapi, bosankah kita menunggu antrian kematian?
Maaf, saya tak berniat menakut-nakuti Anda. Karena sesungguhnya perjalanan hidup ini sangat mirip dengan antrian di rumah sakit itu. Kita juga sedang menunggu panggilan. Panggilan menuju kematian.
“Jika Allah menghukum manusia karena kezhalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkanNya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. An-Nahl: 61)
“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun, akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hambaNya.” (QS. Fathir: 45)
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?" (QS. Al-Munafiqun: 10)
Kita lebih layak untuk tidak sabar menunggu giliran kematian. Karena hidup ini hanya tempat kuda-kuda kita ber-istirahat sejenak, menikmati air seteguk atau dua teguk dari kolam air yang tersedia, untuk kemudian melanjutkan perjala-nan menuju mati, dan menuju kehidupan di sebaliknya.
Seharusnya, kita bergegas mengemas segala kebutuhan kita di hari Akhir nanti dan terlihat kurang memedulikan segala hal yang kita peroleh di dunia, kecuali sebatas yang mungkin digunakan sebagai perbekalan Akhirat. Di barisan antrian ini, kita tidak layak terlalu banyak bermain-main, bersendagurau atau menghabiskan waktu dan tenaga secara percuma, untuk kemudian mendapati giliran kita dalam kondisi tubuh dan jiwa yang sangat mengenaskan.
Saat 'nama' kita dipanggil, hati kita tentu bergetar. 'Inikah giliran saya?'
Nama itu ternyata hanya nama orang lain yang mirip dengan kita. Kemarin, orang-orang seusia kita sudah banyak yang menjemput gilirannya. Beberapa waktu lalu, orang yang bahkan jauh lebih muda dari kita juga sudah mendapat gilirannya. Lalu bertanyalah kepada diri kita,
'Di mana Anda sedang berada sekarang?
Di masjid, di perpustakaan, di rumah, di bioskop, di tempat bermain-main, di lembah maksiat, atau di mana?
Di mana kira-kira Anda merasa siap untuk dipanggil saat giliran Anda sudah tiba?'
Pertanyaan itu layak selalu didengung-dengungkan di benak kita, karena giliran kematian tak memberikan jangka waktu yang kita ketahui, tidak selalu 'urut kacang', tidak senantiasa 'urut usia', bahkan sangat acak, bukan sesuai dengan apapun yang ada pada kita, apalagi sekadar kehendak kita. Karena semua itu ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.  Kita hanya hamba yang berharap mendapatkan giliran kita, dalam kondisi pasrah terhadap kebenaran, bukan dalam kondisi sedang bermaksiat, maupun sedang ingkar terhadap hukum-hukumNya....

Dikutip dari buku Mati Tersenyum Esok Pagi, PT. EFMS, Surabaya, Jawa Timur. Dapatkan bukunya dan bersiaplah menuju gerbang akhirat.

Related

Quantum 8031944414786847528

Posting Komentar

Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.

emo-but-icon

Tafaqur

Tafaqur
Tebar Waqaf Al-Quran

Blogging Network

Hot in week

Total Tayangan Halaman

Promo SBY

Promo SBY

Kontributor

item