Guru Ideal Menurut QS An-Naml: 15-44
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/10/guru-ideal-menurut-qs-naml-15-44.html
Pertama, Seorang guru harus menyadari
bahwa dia adalah seorang yang memiliki ilmu, sehingga memiliki tanggung
tanggung jawab moral terhadap ilmu yang dimilikinya untuk menyebarluaskan dan
mengajarkannya kepada manusia. Hendalak setiap guru berkeingianan untuk
menjadikan anak didiknya seperti dirinya atau melebihi dirinya. Itulah yang
ditunjukan oleh nabi Sulaiman as. dalam ayat 16.
وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُدَ وَقَالَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ
شَيْءٍ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ
“Dan Sulaiman telah mewarisi Daud,
dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara
burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar
suatu kurnia yang nyata.”
Nabi Sulaiman menyadari sepenuhnya
akan ilmu yang dimilikinya dan bahwa itu adalah karunia Tuhan kepadanya. Oleh
Karena itu, dia memberitahukan kepada manusia pengetahuannya dengan maksud
sekiranya manusia juga berkeinginan untuk belajar dan menimba ilmu darinya.
Minimal dia mengatakan hal yang demikian agar tidak terkesan kalau dia menutupi
ilmu yang diberikan kepadanya.
Begitulah tanggung jawab seorang
alim terhadap ilmunya. Dia harus sadar akan pengetahuan yang dimilikinya dan
tidak boleh menutupi ilmu tersebut dari orang lain yang ingin mengetahuinya.
Serta memiliki tanggung jawab moral terhadap ilmu tersebut dalam bentuk
mengajarkannya kepada orang lain.
Dalam pandangan ilmu filsafat
manusia terbagi kepada empat macam. Pertama, orang yang tidak tahu bahwa dia
tidak tahu. Kedua, orang yang tidak tahu bahwa dia tahu. Ketiga, orang yang
tahu bahwa dia tidak tahu. Dan keempat, orang yang tahu bahwa dia tahu. Dua
kelompok pertama adalah manusia yang sangat buruk, sedangkan dua terakhir
adalah manusia yang baik dan yang terbaik adalah kelompok terakhir.
Kedua, seorang guru meskipun
dipahami orang banyak sebagai orang alim yang memiliki ilmu yang berbeda dengan
orang awam. Namun, hendaklah setiap guru menyadari bahwa betapa banyak dan luas
pengetahuannya, masih banyak yang belum diketahui dan mungkin saja pengetahuan
itu ada pada orang lain yang kedudukannya lebih rendah daripadanya. Sehingga,
sikap yang demikian akan mengantarkan seseorang memiliki sikap tawadhu’ dan
menghargai orang lain, serta mau belajar kepada yang lain sekalipun
kedudukannya lebih rendah darinya, termasuk muridnya sekalipun. Sikap itulah
yang ditunjukan nabi Sulaiman dalam ayat 22-23.
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطتُ
بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ(22)إِنِّي
وَجَدْتُ امْرَأَةً تَمْلِكُهُمْ وَأُوتِيَتْ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَهَا عَرْشٌ
عَظِيمٌ(23)
“Maka tidak lama kemudian (datanglah
hud-hud), lalu ia berkata: "Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum
mengetahuinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang
diyakini (22). Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah
mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang
besar (23).”
Pada ayat sebelumnya, nabi Sulaiaman
as. telah mengatakan bahwa dia telah diajarkan ilmu yang banyak, diberikan
kekuasaan yang sempurna bahkan mampu memahami bahasa makhluk lain selain
mamnusia. Akan tetapi, salah seorang tentaranya; burung hud-hud dengan lantang
mengatakan “…Aku mengetahui apa yang belum engkau ketahui…”. Hal itu
membuktikan bahwa tidak semuanya yang dapat diketahui manusia, bahkan oleh
seorang nabi yang diberi wahyu sekalipun karena ada hal-hal tertentu yang dia
tidak mengetahuinya. Itulah yang ditegasklam Allah dalam surat al-Isra’ [17]:
85
….وَمَا
أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“…dan tidaklah kamu diberi ilmu
kecuali sangat sedikit sekali.”
Ketiga, Seorang guru secara pasti
memiliki pengetahuan melebihi muridnya, akan tetapi dia semestinya tetap
memberikan kesempatan dan penghargaan kepada para muridnya untuk ikut aktif
dalam mengaktualkan diri dan kemampuan mereka. Itulah hal yang ditunjukan oleh
nabi Sulaiman as. sebagai guru yang memiliki ilmu yang luas, di dimana dia
memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengangkat istana ratu Balqis
dari Yaman ke Palestina, sekalipun dia sendiri mampu dan sangat mampu untuk
melakukan itu. Begitulah isyarat yang terdapat dalam ayat 38-40
قَالَ يَاأَيُّهَا الْمَلَأُ أَيُّكُمْ
يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ(38)قَالَ عِفْريتٌ
مِنَ الْجِنِّ أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي
عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ(39)قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ
أَنَا ءَاتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ
مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي ءَأَشْكُرُ
أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ
فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ(40)
“Berkata Sulaiman: "Hai
pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa
singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri(38). Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku
akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri
dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi
dapat dipercaya(39). Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab:
"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip."
Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia(40)”.
Begitulah cara guru dalam mengahdapi
muridnya, yaitu memberikan kesemapatan dan penghargaan kepada siapa saja yang
memiliki kemampun untuk malakukan sesuatu dan menunjukan kemampuannya.
Sehingga, pembelajaran tidak menjadi dominasi guru, sementara murid hanya duduk
dan diam mendengarkan uraiangurunya (“mancawan” bahasa kitanya). Dengan cara
begitu, para murid merasa dihargai dan akan termotivasi untuk besaing dan lebih
maju.
Penulis: Syofyan Hadi (hadi.syofyan@yahoo.com)
Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol
Padang
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.