Guru Ideal Menurut QS Al-'Alaq: 1-5
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/10/guru-ideal-menurut-qs-al-alaq-1-5.html
Pertama, Seorang guru mestilah
memiliki ilmu dan wawasan yang luas. Sebab, bagaimana mungkin kita akan
mencapai hasil yang maksimal dalam mendidik dan menagajar, jika kualitas dan
sumber daya gurunya sangat minim dan terbatas. Itulah sebabnya, Allah yang
menyebutkan Dzat-Nya sebagai Pengajar manusia yang mengajarkan apa yang belum
diketahuinya. Seperti dalam surat al-‘Alaq ayat 5.
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)
“Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya.”
idealnya seorang guru adalah orang
yang dituntut untuk selalu mampu menciptakan sesuatu yang baru. Baik dalam hal
materi pembalajaran maupun metode dan caranya. Sehingga, pengajaran tidak
bersifat statis dan selalu bergerak ke arah kemajuan. Tentu para guru dalam hal
ini dituntut untuk selalu menambah wawasannya, yang bisa saja dilakukan melalui
berbagai cara, seperti pendidikan formal, pelatihan, banyak membaca, banyak
mendengar berdiskusi dan sebagainya. Memang begitulah pesan Allah kepada setiap
manusia yang berada dalam dunia pendidikan, supaya mereka menjadi Insan
Rababni. Seperti yang disebutkan dalam surat ‘Ali Imran [3]: 79
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ
اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا
عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ
تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
“Tidak wajar bagi seseorang manusia
yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata
kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan
penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi
orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan
kamu tetap mempelajarinya.”
Kedua, Seorang guru mestilah mampu
mendorong dan memberikan motivasi kepada semua muridnya untuk selalu aktif dan
kreatif. Seorang guru idealnya adalah tidak memaksa muridnya untuk belajar,
namun lebih kepada pemberian motivasi dan rangsangan. Itulah sebabnya, kata
iqra’ (bacalah) diulang dua kali dalam surat al-‘Alaq ayat 1 dan 3.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ(1)خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan (1). Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(2) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3).”
Dan pada perintah membaca kedua,
Allah menjanjikan kemulain-Nya yang tercurah bagi yang aktif membaca. Begitulah
bentuk motivasi seorang guru kepada muridnya, agar mereka aktif dan kreatif.
Ketiga, seorang guru yang ideal
tidak hanya mampu menyuruh dan mengajak muridnya untuk aktif membaca, namun
juga mampu mengimbanginya dengan kemampuan menulis. Itulah yang disebutkan
dalam surat al-‘Alaq ayat 4
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
“Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam.”
Ilmu yang sudah dikuasai, jika tidak
ditulis biasanya dengan mudah akan hilang dan lenyap dari ingatan. Ibarat
hewan, jika jika masih dibiarkan lepas tanpa ikatan, tentu dia akan mudah pergi
dan meninggalkan pemiliknya. Begitulah salah satu sifat ilmu, yang juga
menuntut ikatan. Dan ikatan ilmu adalah ketika ia ditulis dalam lembaran
kertas.
Penulis: Syofyan Hadi (hadi.syofyan@yahoo.com)
Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol
Padang
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.