Balas Budi Bukan Sebatas Terima Kasih
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/09/balas-budi-bukan-sebatas-terima-kasih.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Balas budi,
salah satunya ucapan terima kasih, adalah tuntunan syariah yang sangat agung.
Ibnu Al-Atsir memaparkan, Allâh Ta'ala tidak menerima syukur seorang hamba kepada-Nya atas nikmat yang
telah dilimpahkan, tatkala dia tidak pandai berterima kasih atas kebaikan
manusia kepadanya. Yang demikian karena (kuatnya) hubungan kedua hal tersebut
satu dengan yang lain. Makna lain dari hadits di atas adalah barangsiapa
memiliki kebiasaan tabiat mengingkari budi baik manusia dan tidak bersyukur
(berterima kasih) atas kebaikan mereka, maka niscaya dia memiliki tabiat
kebiasaan mengkufuri nikmat Allâh Ta'ala dan tidak mensyukuri
nikmat-nikmat-Nya. Ada pula makna lain yang terkandung dalam hadits di atas,
bahwa barang siapa tidak mensyukuri (kebaikan) manusia, maka dia layaknya orang
yang tidak mensyukuri Allâh Ta'ala. Semua makna ini terpetik melalui penyebutan
nama Allâh Ta'ala Yang mulia (dalam hadits di atas. [An-Nihâyah fi Gharîbil
Hadîts hlm . 488]
Sayangnya, kerap kali etika ucapan terima kasih
lagi-lagi tidak khalish. Ucapan terima kasih hanya jadi pemanis bibir yang terlontar begitu saja tanpa penuh penghayatan dan penghargaan atas kebaikan orang lain.
Kesadaran pengucap terima kasih atas besarnya jasa orang lain walaupun kecil
selalu hilang diterpa angin kufur nikmat yang dihembuskan jin-syaithani.
Ucapan terima kasih yang diajarkan Nabi sebagai
salah satu perwujudan balas budi adalah kalimat ‘jazakumullah khairan’.
Esensinya sesungguhnya adalah doa. Mendoakan kebaikan untuk orang yang sudah
berbuat baik kepada kita. Mendoakan agar orang tersebut diberikan oleh Allah
balasan kebaikan yang lebih banyak dibanding kebaikannya kepada kita. Kalimat
‘jazakumullah khairan’ pada sebagian masyarakat mengalami nasib yang sama
dengan ucapan terima kasih, disampaikan tanpa perasaan dan harapan penuh atas
balasan Allah untuk orang yang sudah berjasa.
Tengoklah Nabi kita. Rasulullah Muhammad membalas kebaikan orang lain dengan doa. Jangan kira doa Nabi sama halnya doa kita. Doa Nabi selalu dan pasti dikabulkan oleh Allah dalam wujud persis seperti apa yang diminta oleh Nabi.
‘Abdullâh bin ‘Abbâs
radhiyallâhu'anhu bercerita, “Suatu ketika, Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi
Wasallam masuk ke kamar kecil (untuk membuang hajat). Maka aku
menyediakan air bersih untuk beliau pakai berwudhu. Ketika Beliau Shallallâhu
'Alaihi Wasallam selesai dari hajatnya, Beliau bertanya, “Siapakah yang telah
meletakkan (air wudhu) ini?” Kemudian Beliau diberitahu, bahwa akulah yang telah
melakukannya. Maka beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam (membalas kebaikanku
dengan) berdoa: “Ya Allâh… berikanlah dia (Ibnu ‘Abbâs radhiyallâhu'anhu)
pemahaman dalam agama”. [HR. al-Bukhâri no.134 dan Muslim no. 6318]
Dalam kisah yang lain, suatu saat Rasûlullâh
Shallallâhu 'Alaihi Wasallam mengunjungi sebagian Shahabat dan menyantap
hidangan makanan yang disajikan kepadanya di rumah mereka. Ketika Beliau telah selesai dan hendak berpamitan,
bergegas tuan rumah berkata, “Rasûlullâh, tolong doakanlah bagi kami
kebaikan...”. Maka Rasûlullâh membaca, “Ya Allâh… berkahilah bagi mereka semua
rizki yang telah Engkau limpahkan kepada mereka. Ampuni dan sayangilah mereka”. [HR. Muslim no.5296]
Dikutip dari buku Good Attitude
karya Brilly El-Rasheed yang akan segera terbit akhir tahun 2014 ini.
Admin: Ali Akbar
Dukung dakwah kami dengan doa,
komentar, memasang iklan dan dukungan finansial.
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.