Merekonstruksi Zaman Kenabian
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/09/merekonstruksi-zaman-kenabian.html
Kapal Nabi
Nuh Ditemukan
Irving Finkel, pakar dari British
Museum, telah berhasil menemukan wujud kapal Nabi Nuh dengan membuat replikanya
tanpa teknologi ataupun alat berat. Replika kapal tersebut dibuat dengan tangan
kosong berdasarkan blueprint yang dibuat di Babilonia kuno, sekitar 4.000 tahun
lalu. Cetak biru itu tertera pada lempengan tanah liat Mesopotamia kuno Irak di
era kini seperti dikabarkan Daily Mail edisi 12 September 2014.
Finkel tahun lalu sempat
mengutarakan teori kontroversi bahwa Bahtera Nuh bulat dan terbuat dari
alang-alang. Replika yang dibuat Finkel memiliki skala yang lebih kecil dari
ukuran asli "Bahtera Nuh". Hanya beberapa pasang hewan saja yang bisa
masuk replika bahtera tersebut, itupun hanya yang jinak.
Cetak biru kapal Nuh itu ditulis
dalam cuneiform – salah satu jenis tulisan awal di peradaban manusia. Dalam
artefak itu disebutkan bahwa bentuk bahtera itu adalah bulat dan ini merupakan
catatan pertama mengenai cerita air bah Babilonia.
Catatan di lempengan itu juga
secara spesifik menjelaskan bahwa lantai bahtera merupakan daerah "dari
satu bidang" dan sisi-sisinya dibangun dari 30 tulang rusuk, memuat
3.600 kandang, serta ditutupi dengan "satu jari aspal."
Selama empat bulan, kapal ini
dibangun di Kerala, bagian selatan India dengan bahan-bahan yang diimpor dari
India. "Alat transportasi" yang digunakan untuk mengangkut material
inipun adalah gajah.
Tim juga tidak memakai alat-alat
listrik modern, bahkan tidak mau memakai lem dan paku. Mereka berusaha memakai
apa yang ada di zaman 4.000 tahun lalu, untuk merekatkan sendi-sendi pada
kapal. Mulai dari kayu, bambu, buluh, dan lain sebagainya.
Salah satu pekerjaan yang paling
sulit adalah melapisi kapal bagian luar dengan aspal yang lengket agar kapal
kedap air. Di Mesopotamia kuno, bagian melapisi aspal ini paling mudah. Sebab,
aspal dari daerah ini di masa itu merupakan yang terbaik dan mudah didapat.
Sebaliknya, tim harus puas dengan aspal India yang cepat kering, tapi
melumer saat terpapar panas.
Saat tiba di Kerala untuk
memeriksa hasil karya, Finkel merasa seperti "melayang keluar dari Zaman
Perunggu". Namun, replika tidak sesuai harapannya. Ketika dilepas menuju
perairan, kapal tersebut bocor di bagian lambung. Dan, Finkel menyalahkan aspal
yang berkualitas rendah. "Jika kita bisa memakai aspal Irak dan melapisi
dengan hati-hati, kita bisa berlayar ke New York tanpa masalah.”
Sebelumnya para arkeolog menyatakan,
bahtera yang asli kemungkinan berukuran separuh lapangan sepakbola dan dirakit dengan
tali sepanjang jarak Edinburgh ke London. Namun, Finkel berkesimpulan lain.
Menurutnya, bahtera Nuh bukan seukuran setengah lapangan sepakbola. Hal ini
berdasarkan pada beberapa faktor, salah satunya sejumlah besar bahan yang
dibutuhkan.
Namun, penemuan ini tidak lantas
dapat dijadikan keputusan akhir bahwa kapal Nabi Nuh sebagaimana dalam
kepercayaan umat Islam adalah persis seperti yang dibuat tim Finkel. Kita tidak
dapat memastikan secara mutlak, walaupun hal tersebut tidak berpengaruh
terhadap keyakinan mengenai ajaran-ajaran tauhid yang disebarkan Nuh dan
kisah-kisahnya yang tersebut di dalam kitab suci Al-Qur`an.
Seorang pemuda
Saudi, Hamdan Al-Mas’udi menggelar sebuah proyek pembuatan baju Nabi Adam
‘Alaihis salam. Ide itu muncul setelah membaca sirah Nabi Adam ‘Alaihis salam yang
menjelaskan bahwa tingginya adalah 60 hasta (1 Kaki = 30 cm, 1 hasta = 1,5
kaki, jadi 60 hasta = 90 kaki = 30 meter).
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu’anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau
bersabda, “Allah menciptakan Adam dan tingginya 60 dzira’ (hasta). Kemudian
Allah berfirman kepada Adam, “Pergilah, ucapkan salam kepada mereka para
malaikat. Lalu dengarlah salam mereka kepadamu, sebagai salammu dan salam
keturunanmu!” Maka Adam berkata, “Assalamu’alaikum.” Malaikat-malaikat Allah
menjawab, ‘Assalaamu’alaika wa rahmatullah’ –mereka menambahnya dengan ‘wa rahmatullah’.
Maka semua orang yang masuk jannah
(tinggi badannya) seperti Adam. Dan manusia terus menerus berkurang
(ketinggiannya) hingga saat ini.” [Muttafaqun ‘alaihi]
Lama penjahitan baju itu adalah 18 hari. Jumlah gulungan kain yang
digunakan mencapai 40 gulungan dan 30 ribu gulungan benang. Panjang pakaian 29
meter dan lebar antara dua pundak 9 meter, lebar dan bawah adalah 12 meter. Panjang
lengan 10 meter, lingkar leher 6 meter - kerahnya (diameter lingkar leher) 2 meter.
Pemiliki ide ini dibantu oleh 4 orang penjahit. Replika Baju Nabi Adam itu
diletakkan di salah satu lapangan di depan pintu gawang agar orang-orang yang
melihat bisa mengkhayalkan bagaimana tubuh bapak kita Adam Alaihi salam.
Di tengah Kota Jeddah, Arab
Saudi, tepatnya di kawasan Al-Mawadi ada sebuah monumen berbentuk sepeda
raksasa. Sepeda dengan ukuran tak lazim itu banyak dikenal orang dengan sebutan
sepeda “Nabi Adam”.
Sepeda itu tingginya mencapai
lima meter, tidak ada keterangan tahun pembuatan dan siapa pembuatnya. Tidak
jelas alasannya kenapa replika sepeda ini disebut sepeda Nabi Adam, sampai
sekarang sebutan itu masih tetap abadi di kalangan jamaah haji Indonesia dan
Asia Tenggara.
Sepeda raksasa
itu ternyata asli dari Indonesia, seperti diceritakan Abu Bakar Husen, seorang
mukim di Arab Saudi. Sepeda itu merupakan hadiah dari Gubernur DKI Ali Sadikin,
pada 20 tahun lalu. Bersama dengan ribuan sepeda lainnya sepeda raksasa itu
dikirim langsung dari Jakarta, dan untuk mengenangnya oleh pemerintah setempat
sepeda raksasa ditempatkan dan dijadikan monumen di tengah kota.
Sepeda raksasa
itu kian populer di kalangan jemaah Indonesia, meski sampai saat ini masih
belum diketahui siapa yang mempopulerkan sebutan sepeda “Nabi Adam”. Sumber
lain mengatakan sepeda raksasa ini dibangun Pemerintah Arab Saudi untuk menghargai
dan menghormati para jamaah haji yang bersepeda dari India.
Jika dicermati, sedikit mustahil
jika zaman Nabi Adam ada sepeda yang bentuknya sama dengan sepeda zaman
sekarang.
(forum.viva.co.id/www.thaybah.id)
***
Menyimak semangat merekonstruksi
zaman kenabian tersebut, kita teringat dengan hadits berikut yang mengajarkan
untuk memprioritaskan semangat mengikuti jejak teladan dan ajaran para nabi,
daripada sekedar merekonstruksi bahtera Nabi Nuh ataupun membuat replika baju
Nabi Adam. Hadits tersebut sebagai berikut.
Hakim
meriwayatkan dalam Mustadrak dari Abu Musa bahwa Rasulullah singgah
kepada seorang badui. Beliau dimuliakan, maka beliau bersabda kepadanya, “Wahai
badui, katakanlah keperluanmu.” Dia menjawab, “Ya Rasulullah seekor unta
betina dengan pelananya dan domba betina yang diperah oleh keluargaku.” Ini
diucapkannya dua kali.
Rasulullah
berkata kepadanya, “Mengapa kamu tidak seperti nenek tua Bani Israil?”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah nenek tua Bani Israil
itu?”
Rasulullah
menjawab, “Sesungguhnya Musa hendak berjalan membawa Bani Israil, tetapi dia
tersesat di jalan. Maka para ulama Bani Israil berkata kepadanya, ‘Kami katakan
kepadamu bahwa Yusuf mengambil janji-janji Allah atas kami, agar kami tidak
pergi dari Mesir sehingga kami memindahkan tulang-tulangnya bersama kami.’ Musa
menjawab, ‘Siapa di antara kalian yang mengetahui kuburan Yusuf?’
Mereka
menjawab, ‘Yang tahu di mana kuburan Yusuf hanyalah seorang wanita tua Bani
Israil.’ Musa memintanya agar dihadirkan. Musa berkata kepadanya, ‘Tunjukkan
kepadaku di mana kuburan Yusuf.’ Wanita itu menjawab, ‘Aku tidak mau hingga aku
menemanimu di surga.’ Nabi Musa tidak menyukai permintaannya, maka dikatakan
kepadanya, ‘Kabulkanlah permintaannya.’ Musa pun memberikan apa yang
diminta. Lalu wanita itu mendatangi sebuah danau dan berkata, ‘Kuraslah
airnya.’ Ketika air telah surut, wanita itu berkata, ‘Galilah di sini.’ Begitu
mereka menggali, mereka menemukan tulang-tulang Yusuf. Begitu ia diangkat dari
tanah, jalanan langsung terlihat nyata seperti cahaya pada siang hari.”
Hadis ini
diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak (2/624), no. 4088. Dia berkata, “Hadis
ini sanadnya shahih, dan keduanya (Bukhari Muslim) tidak meriwayatkannya.”
Admin : Muhammad Ali Akbar
Admin : Muhammad Ali Akbar
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.