Terlalu Bangga dengan Kuantitas
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2015/04/terlalu-bangga-dengan-kuantitas.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners
Terlalu Bangga
dengan Kuantitas
Kita senang sekali dengan kuantitas dan jumlah
yang banyak dalam segala sesuatu, dan suka menonjolkan angka
beribu-ribu dan berjuta-juta, tetapi kita tidak banyak
memperhatikan apa yang ada di balik jumlah
yang banyak itu, dan apa yang terkandung di dalam angka-angka
tersebut.
Salah seorang penyair pada zaman
Arab Jahiliyah telah mengetahui pentingnya
kualitas dibandingkan dengan kuantitas, ketika dia mengatakan:
Ia mencela kami karena jumlah kami sedikit.
Maka kukatakan kepadanya: “Sesungguhnya orang-orang
yang mulia itu sedikit.
“Apalah ruginya kami sedikit, kalau dengan jumlah
yang sedikit itu kami mulia.
Sedangkan orang-orang yang jumlahnya banyak itu
terhina.”
Al-Qur’an pun menyebutkan kepada kita bagaimana tentara Thalut,
yang jumlahnya sedikit dapat mengalahkan tentara Jalut, yang
jumlahnya banyak:
فَلَمَّا فَصَلَ طَالُوتُ بِالْجُنُودِ
قَالَ إِنَّ اللَّهَ مُبْتَلِيكُمْ بِنَهَرٍ فَمَنْ شَرِبَ مِنْهُ فَلَيْسَ مِنِّي
وَمَنْ لَمْ يَطْعَمْهُ فَإِنَّهُ مِنِّي إِلَّا مَنِ اغْتَرَفَ غُرْفَةً بِيَدِهِ
فَشَرِبُوا مِنْهُ إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ فَلَمَّا جَاوَزَهُ هُوَ وَالَّذِينَ
آمَنُوا مَعَهُ قَالُوا لَا طَاقَةَ لَنَا الْيَوْمَ بِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالَ
الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُلَاقُو اللَّهِ كَمْ مِنْ فِئَةٍ قَلِيلَةٍ
غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللَّهِ وَاللَّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ .
وَلَمَّا بَرَزُوا لِجَالُوتَ وَجُنُودِهِ قَالُوا رَبَّنَا أَفْرِغْ عَلَيْنَا
صَبْرًا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ .
فَهَزَمُوهُمْ بِإِذْنِ اللَّهِ
“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia
berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa
di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada
meminumnya kecuali menciduk seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku.”
Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka
tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberang
sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata, “Tak ada kesanggupan kami
pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.” Orang-orang yang meyakini
bahwa mereka akan menemui Allah berkata, “Berapa banyak terjadi golongan yang
sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar. Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh
mereka, merekapun berdoa: “Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami,
dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” Mereka
(tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 249-251)
Al-Qur’an menyebutkan kepada kita bagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dapat memperoleh kemenangan pada Perang
Badar, padahal jumlah mereka sangat sedikit
dibandingkan dengan jumlah musuh mereka, kaum
musyrik yang jumlahnya sangat banyak.
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ
وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan
Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 123)
وَاذْكُرُوا إِذْ أَنْتُمْ قَلِيلٌ
مُسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَنْ يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ
فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُمْ بِنَصْرِهِ
“Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu
masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Makkah), kamu takut
orang-orang Makkah akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap
(Madinah) dan dijadikanrrya kamu kuat dengan pertolongan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 26)
Pada saat yang lain, kaum muslimin juga
hampir menderita kekalahan pada perang Hunain,
karena mereka melihat kepada kuantitas dan bukan kualitas,
sehingga mereka membanggakan diri dengan kuantitas, dan meremehkan
kekuatan ruhaniah, serta kemahiran berperang. Kemudian pada
awal peperangan mereka terkepung, sehingga mereka baru mengetahui
dan menyadari, lalu bertobat, dan akhirnya Allah
memberikan kemenangan kepada mereka, dengan memberikan
bantuan kekuatan tentara yang tidak mereka lihat.
قَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ
كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ
عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ
وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ . ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى
رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَنْزَلَ جُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِينَ
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu
menjadi congkak karena banyaknya jumlah, maka jumlah yang banyak itu tidak
memberi manfaat kepada kamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa
sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai. Kemudian
Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang
beriman dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah
menimpakan bencana kepada orang-orang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada
orang-orang yang kafir.” (QS.
At-Taubah: 25-26)
Telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa apabila keimanan dan
kemauan kuat atau kesabaran telah
berkumpul dalam diri manusia, maka kekuatannya akan
menjadi sepuluh kali lipat jumlah musuh-musuhnya,
yang tidak memiliki keimanan dan kemauan. Allah
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ
الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ
يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
“Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin itu
untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang
(yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang-orang
kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum muslimin yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65)
Yang demikian ini ialah ketika keadaan mereka kuat. Sedangkan
ketika mereka dalam keadaan lemah, maka kekuatan itu
hanya menjadi dua kali lipat
kekuatan musuh, sebagaimana diisyaratkan dalam ayat
ini:
لْآنَ خَفَّفَ اللَّهُ عَنْكُمْ
وَعَلِمَ أَنَّ فِيكُمْ ضَعْفًا فَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ مِائَةٌ صَابِرَةٌ
يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ يَكُنْ مِنْكُمْ أَلْفٌ يَغْلِبُوا أَلْفَيْنِ
بِإِذْنِ اللَّهِ
“Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia
telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada di antaramu seratus
orang yang sabar, niscaya mereka dapat mengalahkan dua rarus orang, dan jika di
antaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya mereka dapat mengalahkan dua
ribu orang dengan izin Allah.” (QS. Al-Anfal: 66)
Oleh karena itu, yang paling penting
ialah keimanan dan kemauan, dan bukan jumlah yang banyak.
Barangsiapa mau membaca sirah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam maka dia akan mengetahui bahwa sesungguhnya perhatian beliau
tertumpu kepada kualitas dan bukan kuantitas. Dan
orang yang mau menyimak sirah para sahabat dan para khalifah rasyidin akan
mendapati hal yang sama dengan jelas sekali.
Umar bin Khaththab pernah mengutus Amr bin ‘Ash untuk menaklukkan Mesir,
dengan membawa empat ribu orang tentara saja. Kemudian dia
meminta tambahan personil tentara lagi, dan Umar memberi empat
ribu orang tentara lagi,
berikut empat orang komandannya. Umar berkata: “Setiap
orang komandan tambahan ini membawahkan seribu orang tentera,
dan aku menilai jumlah mereka semuanya adalah dua belas ribu
orang tentara. Dua belas ribu (tentara) tak akan
dikalahkan karena jumlah yang sedikit.”
Umar sangat percaya bahwa yang paling penting ialah kualitas,
kemampuan, dan kemauan mereka dan bukan jumlah
dan besar mereka.
Diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwasanya pada suatu hari beliau duduk bersama
sebagian sahabatnya di sebuah rumah temannya, kemudian
beliau berkata kepada mereka: “Tunjukkanlah cita-cita kamu.” Maka salah seorang
di antara mereka berkata: “Aku bercita-cita ingin
mempunyai dirham dari perak yang memenuhi rumah ini
sehingga aku dapat menafkahkannya pada Jalan
Allah.” Orang yang lain bercita-cita memiliki
emas sepenuh rumah tersebut dan menafkahkannya di jalan
Allah. Sementara Umar berkata: “Aku, ingin memiliki orang seperti Abu
Ubaidah al-Jarrah, Mu’adz bin Jabal,
Salim Maula Abu Hudzaifah, sepenuh rumah
ini agar aku dapat mempergunakannya untak berjuang di jalan Allah.”
Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.