Metodologi Tabayyun Islami
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2015/04/metodologi-tabayyun-islami.html
1.
Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners
Mengembalikan
permasalahan kepada Allah dan Rasul-Nya serta ahli terkait.
Allah Azza
wa Jalla berfirman dalam Al-Qur’an:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ
أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ
مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ
اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang
keamanan atau pun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya
kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin
mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil
amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah
kamu mengikuti setan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu).” (QS. An Nisa: 83)
2. Bertanya langsung
kepada pelaku utama.
Sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyikapi Hatib bin Balta’ah dengan memanggilnya lalu bertanya: “Kenapa engkau
melakukannya?”
“Wahai Rasulullah, janganlah tergesa-gesa. Saya adalah
orang muhajirin yang memiliki sanak keluarga yang berusaha melindungi
keluarganya. Karena saya tidak bisa melakukannya, maka saya mencoba mencari
orang yang dapat melindungi kerabatku. Saya melakukannya bukan karena murtad
dari Islam dan bukan karena saya telah kafir.” Lalu Rasulullah menerima alasannya
dengan mengatakan: “Ia jujur.”
3. Mendengar dengan
seksama dan mericek terus-menerus jika memang dibutuhkan.
Ketika Ali radhiyallahu ‘anhu diberikan bendera perang
Khaibar, maka dengan segera ia bergegas berangkat. Tapi di tengah perjalanan ia
kebingungan tentang misi peperangan yang diembannya. Ia pun berbalik arah ke
Madinah demi menanyakan misi peperangan tersebut kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
عَلَامَ أُقَاتِلُ النَّاسَ ؟ فَيَرُدُّ عَلَيْهِ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَاتِلْهُمْ حَتَى يَشْهَدُوْا أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ
اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ، فَإِذَا فَعَلُوْا ذلِكَ فَقَدْ
مَنَعُوْا مِنَّا دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى
اللهِ
“Dengan tujuan apa saya memerangi mereka ? Rasulullah
menjawab: “Perangilah merka hingga mereka masuk Islam (bersayhadat). Jika
mereka telah melakukannya, maka darah dan harta mereka haram kita sentuh
kecuali dengan alasan yang benar.”
4. Melakukan pengecekan
khusus melalui pengamatan dan pertemanan.
Ketika ada seseorang memuji orang lain di sampingnya, Umar bin Khaththab
lalu berkata: “Apakah kamu pernah bepergian bersamanya?” Ia menjawab: “Tidak.”
Umar melanjutkan: “Apakah kamu pernah mengadakan transaksi binis dengannya?”
Katanya: “Tidak.” Kata umar: “Kalau begitu, kamu diam saja. Saya pikir kamu
hanya pernah melihatnya di masjid sambil mengangkat dan menundukkan kepalanya.”
5. Bertemu secara
langsung setelah menjaring informasi dari pihak-pihak yang bertengkar.
Ketika Ali bin Abi Thalib hendak diutus sebagai
hakim ke Yaman, Rasulullah mengarahkannya dengan berkata:
إِنَّ اللهَ سَيَهْدِيْ قَلْبَكَ ، وَيُثَبِّتُ لِسَانَكَ
، فَإِذَا جَلَسَ بَيْنَ يَدَيْكَ الْخَصْمَانِ فَلَا تَقْضَيَنَّ حَتّى تَسْمَعَ
مِنَ الآخَرِ كَمَا سَمِعْتَ مِنَ الْأَوَّلِ ، فَإِنَّهُ أَحْرَى أَنْ يَتَبَيَّنَ
لَكَ الْقَضَاءُ
“Semoga Allah senantiasa memberimu petunjuk dan
meneguhkan lisanmu. Jika fihak berperkara menghadap kepadamu, maka jangan
sekali-kali memutuskan perkara tanpa mendengar kedua belah fihak. Karena yang
demikian akan memudahkan kamu memutuskan perkara dengan baik.”
Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.