Etos Kerja Umat Islam
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2015/04/etos-kerja-umat-islam.html
Oleh: M. Maftuhin ar-Raudli
(Alumnus dan staf pengajar di pon-pes putra ar-Raudlah dan Madrasah Diniyah al-Ikhlas, Sukodadi-Lamongan)
لَاْنْ
يَاْخُذَأَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأ تِيَ بِحُزْمَةِ اْلحَطَبِ عَلَىَ ظَهْرِهِ
فَيَبِيعَهَا فَكَفَّ اللهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ أَعْطَوْهُ أَوْمَنَعُوهُ
“Kalau kalian mau mengambil seutas tali
kemudian menggunakannya untuk mengikat kayu bakar, menggendongnya di atas
punggungnya kemudian menjualnya agar Allah menyelamatkan kehormatan dirinya
adalah lebih baik dari pada dia meminta-minta kepada orang lain, yang ada
kalanya dia diberi atau tidak.” (HR. Bukhari-Muslim)
. Pengertian
Etos Kerja
“Etos” berasal dari
bahasa Yunani “ethos”, yang artinya “watak atau karakter”. Etos kerja dapat di
artikan sebagai sikap dan semangat yang ada pada diri individu atau kelompok
tentang atau terhadap kerja. Etos kerja menyangkut masalah mentalis orang,
kelompok atau bangsa. Dalam kajian ilmu managemen modern, etos kerja ini
menyangkut masalah “sikap” dan “motivasi” di samping
lingkungan. Dari kata etos ini dikenal pula kata etika yang hampir
mendekati pada pengertian nilai-nilai atau akhlak yang berkaitan dengan baik
buruk moral sehingga dalam etos kerja tersebut terkandung gairah atau semangat
yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin.[1]
Dari semua keterangan
ini, kita bisa menyimpulkan, bahwa bekerja adalah
aktivitas yang sangat mulia. Dengan bekerja, kita menjaga kehormatan dan
kemuliaan diri. Dengan bekerja kita bisa memenuhi kebutuhan
kita sehari-hari tanpa harus mengorbankan harga diri dengan meminta-minta
terhadap orang lain.[2]
Hadits-hadits
Seputar Etos Kerja
Hadits
Pertama:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ
السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَعَنْ
وُهَيْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَذَا
“Tangan di atas lebih baik
daripada tangan di bawah, dan
mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya sedekah itu
adalah dari punggung orang kaya, dan barangsiapa
yang minta dijaga, maka Allah
akan menjaganya dan barang siapa yang minta kaya maka Allah akan memberinya
kecukupan.” (HR. Bukhari)
Dari hadits di atas kita dapat menyimpulkan:
1. Pemberi lebih baik dari pada penerima, maka dari itu
orang dilarang meminta-minta. Namun budaya sekarang adalah orang suka
meminta-minta.
2. Mulai sedekah dari orang yang ditanggungnya yaitu
keluarga yang menjadi tanggungannya, yang wajib diberikan nafaqah kepadanya. Maka seseorang itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
3. Sebaik-baik sedekah adalah dari punggungnya orang
kaya. Maksudnya dari orang kaya apabila bersedekah hal itu menunjukkan
kesyukurannya.
4. Apabila orang yang beriman dan minta untuk dijadikan
kaya dan dia juga berusaha
sungguh-sungguh, maka Allah
akan mewujudkan keinginannya itu.
Hadits Kedua:
لَأَنْ يَحْتَطِبَ
أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا
فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ
“Kerja
seseorang memikul kayu bakar di punggungnya lebih baik dari pada ia meminta
kepada seorang baik diberi atau tidak.” (HR. Bukhari)
Islam tidak mengajarkan untuk
meminta-minta, tapi Islam mengajarkan agar manusia itu bekerja mencari rizki
yang halal walaupun pekerjaan itu dianggap hina oleh kebanyakan orang. Semisal
mencari kayu bakar di hutan.
Hinanya pekerjaan dalam kaca mata Islam tidak
dipandang melalui jenis pekerjaan itu tetapi dipandang dari segi rizki yang
dihasilkan, halal ataukah haram. Jadi meskipun seseorang berpenghasilan tinggi,
tapi hasil kerjanya tersebut haram, maka pekerjaan yang dilakukanpun hina dalam
pandangan Islam.
Sedangkan meminta-minta itu merupakan hal yang hina baik itu diberi
ataupun ditolak. Meskipun meminta-minta pada
dasarnya tidak diharamkan.
Hadits Ketiga:
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يُعْطِينِي الْعَطَاءَ فَأَقُولُ: أَعْطِهِ مَنْ
هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ مِنِّي، فَقَالَ: خُذْهُ، إِذَا جَاءَكَ مِنْ هذَا
الْمَالِ شَيْءٌ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ، وَمَا لاَ،
فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Nabi Saw. memberikanku
sesuatu kemudian aku berkata: “Berikanlah padanya yang dia lebih butuh dari
pada aku.” Nabi berkata, “Ambillah, ketika sesuatu dari sebagian harta ini
datang padamu, dan kamu bukan orang yang hina dan orang yang minta maka
ambillah, dan jangan itu, maka janganlah kamu mengikutkan nafsumu.”
Hadits ini memberikan kepahaman
bahwa terdapat kebolehan menerima pemberian orang lain ketika kita tidak
meminta hal itu. Karena itu hak kita dan rezki kita.
Namun jika meminta, itu yang
dibenci oleh agama karena Islam tidak
mengajarkan umatnya untuk meminta-minta.
Etika Kerja dalam Islam
Dalam
memilih seseorang ketika akan diserahkan tugas, Rasulullah melakukannya dengan
selektif. Di antaranya dilihat dari
segi keahlian, keutamaan (iman) dan kedalaman ilmunya. Beliau senantiasa
mengajak mereka agar itqan (sungguh-sungguh) dalam bekerja. Pandangan Islam tentang pekerjaan perlu kiranya diperjelas dengan
usaha sedalam-dalamnya. Sabda Nabi Saw. yang
amat terkenal bahwa nilai-nilai suatu bentuk kerja tergantung pada niat
pelakunya.
Dalam
sebuah hadits diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda bahwa:”Sesungguhnya (nilai) pekerjaan itu tergantung pada apa
yang diniatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hal-hal
yang diperhatikan dalam etika kerja Islam adalah sebagai berikut:
a.
Adanya keterkaitan
individu terhadap Allah, kesadaran bahwa Allah melihat, mengontrol dalam
kondisi apapun dan akan menghisab seluruh amal perbuatan secara adil kelak di
akhirat. Dalam hal ini Allah melarang manusia untuk bekerja dengan cara
meminta-minta.
لَاتَزُالُ
المُسْأَلَةُبِأَحَدِكُمْ حَتَّى يَلْقَى اللهُ تَعَالَى وَلَيْسَ فِى وَجْهِهِ
مُنْ عَةُ لَحْمٍ
“Seorang di antaramu
yang senantiasa meminta-minta (menjadi pengemis) hingga ia akan menemui Allah Swt. dengan
keadaan mukanya yang tidak berdaging.” (HR.
Bukhari–Muslim)
مَنْ
سَأَلَ النَّاسَ تَكَثُرًا فَإِنَّمَا يَسْاَلُ جَمْرًا فَلْيَسْتَقَلَّ
اَوْلِيَسْتَكْثِرْ
“Barangsiapa yang meminta-minta kepada
manusia dengan tujuan untuk memperbanyak hartanya, maka sesungguhnya ia seperti
meminta bara api, maka mintalah bara api itu sedikit atau banyak.”
(HR. Muslim)
b.
Berusaha dengan cara
yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
اِيَّاكَ
وَكَسْبَ اْلحَرَامِ, فَاِنَّا نَصْبِرُ عَلَى الجُوْعِ وَلاَ نَصْبِرُعَلَى
النَّارِ
“Jauhi olehmu penghasilan yang haram,
karena kami mampu bersabar atas rasa lapar tapi kami tak mampu bersabar atas
neraka.” (Mukhtashar Minhajul Qashidin)
يَااَيُّهاَلّذِيْنَ
امَنُواْكُلُواْمِنْ طَيِّبَاتِ مَارَزَقْنَكُم
“Wahai
orang-orang yang beriman! makanlah dari rizki yang baik-baik yang Kami berikan
kepada kalian.” (al-Baqarah: 172)
c.
Dilarang memaksakan
seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus
dipekerjakan secara professional dan wajar.
d.
Islam tidak
membolehkan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman
keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
اِنَّهُ
لاَيَدْ خُلُ الجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتِى النَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas
untuknya.” (HR. Ahmad dan ad-Darimi)
لاَ
يَدْ خُلُ الجَنَّةَ جَسَدٌ غُذِيَ بِحَرَامٍ
“Tidak
akan masuk ke dalam surga sebuah jasad yang diberi makan dengan yang haram.”
(HR. Abu Ya’la, al-Bazzar, ath-Thabrani
dalam kitab al-Ausath dan al-Baihaqi)
e.
Professionalisme, yaitu
kemampuan untuk memahami dan melakukan pekerjaan sesuai dengan prinsip-prinsip
keahlian. Pekerja tidak cukup hanya memegang teguh sifat amanah, kuat dan
kreatif serta bertaqwa tetapi dia juga mengerti dan benar-benar menguasai
pekerjaannya.
Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665
Ingin menerbitkan majalah? Segera hubungi 081515526665
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.