Lisan Lebih Tajam dari Pisau Dapur
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2015/04/lisan-lebih-tajam-dari-pisau-dapur.html
Oleh M. Maftuhin ar-Raudli
Rasulullah sallallahu ‘alaihi was
salam bersabda:
وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka
diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lisan merupakan salah satu nikmat Allah
yang diberikan kepada kita. Lisan merupakan anggota badan manusia yang cukup
kecil jika dibandingkan anggota badan yang lain. Akan tetapi, ia dapat menyebabkan
pemiliknya ditetapkan sebagai penduduk surga atau bahkan dapat menyebabkan
pemiliknya dilemparkan ke dalam api neraka.
Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits
di atas: “Jika engkau hendak berkata
maka berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan, maka
ucapkanlah perkataan tersebut, namun jika yang nampak adalah keburukan atau
bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari mengucapkan perkataan tersebut).”
(Asy-Syarhul Kabir ‘alal
Arba’in An-Nawawiyyah)
Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap
muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh lisannya, karena bisa jadi
seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan sepele
namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu yang artinya:
“Sungguh
seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun
dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan
derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang
mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab
perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalil-dalil baik dari al-Qur’an maupun
as-sunnah yang memerintahkan kita untuk menjaga lisan antara lain:
Dari al-Qur’an:
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya,
maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS.
al-Ahzab: 70-71)
Allah juga berfirma:
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu)
ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, yang satu duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS.
Qaaf: 16-18)
Dari hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi was sallam:
Dala kitab Shahih Muslim hadits no.
2589 disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ
قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ
قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِن كَانَ فِيْهِ مَا
تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam pernah bertanya kepada para sahabat:
“Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya
yang lebih mengetahui.” Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan
hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka.” Ada yang menyahut, “Bagaimana
apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab,
“Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan
bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta
atas dirinya.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
إِنَّ
اللَّهَ يَرْضَى لَكُم ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرضَى لَكُمْ أَنْ
تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ
جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّ قُواوَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridlai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridlai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” (HR. Muslim hadits no. 1715. Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mughirah, hadits no. 2408)
“Sesungguhnya Allah meridlai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridlai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta” (HR. Muslim hadits no. 1715. Hadits tentang tiga perkara yang dibenci ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Mughirah, hadits no. 2408)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu
‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ
الزِّنَا، مُدْرِكُ ذَلِكَ لاَمَحَااَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِيْنَا هُمَا النَّظَرُ،
وَاْلأُذُنَانِ زِيْنَا هُمَا الاسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِيْنَاهُ الْكَلاَمُ،
وَالْيَدُ زِيْنِاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِيْنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ
يَهْوِى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّ بُه
“Setiap anak Adam telah
mendapatkan bagian zina yang tidak akan bisa dielakkannya. Zina
pada mata adalah melihat. Zina pada telinga adalah mendengar. Zina lidah adalah
berucap kata. Zina tangan adalah meraba. Zina kaki adalah melangkah. (Dalam hal
ini), hati yang mempunyai keinginan angan-angan, dan kemaluanlah yang
membuktikan semua itu atau mengurungkannya” (HR. Bukhari
dalam kitab Shahih-nya, hadits no. 6612 dan
Muslim, hadits no.2657. Lafaz di
atas adalah yang terdapat dalam riwayat Muslim)
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam
kitab Shahih-nya hadits no.10 dari Abdullah bin Umar radliyallahu
‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ
لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah seseorang
yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya.”
Wajibnya
Menjaga Lisan
Allah
Ta’ala
berfirman:
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya.” (QS. al-Isra’: 36)
Qatadah menjelaskan ayat di atas:
“Janganlah kamu katakana, “Aku melihat padahal kamu tidak melihat.” Jangan pula
katakana, “Aku mendengar sedang kamu tidak mendengar.” Dan jangan katakana:
“Aku tahu sedang kamu tidak mengetahui.” Karena sesungguhnya Allah akan meminta
pertanggungjawaban atas semua hal tersebut.”
Ibnu katsir menjelaskan makna ayat di atas
adalah sebagai larangan untuk berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi was sallam pun
bersabda:
وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka
diamlah.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665
Ingin menerbitkan majalah? Segera hubungi 081515526665
Beberapa klien kami:
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.