Awas! Glamor dan Pamor Bak Jilatan Obor
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2015/04/awas-glamor-dan-pamor-bak-jilatan-obor.html
Oleh Brilly El-Rasheed
Inspirator Golden Manners
Jangan
Tergila-gila dengan Pamor
Bagi kalangan muslim, pamor bisa
diraih dengan aksi-aksi keshalihan, baik keshalihan personal maupun sosial.
Berdasarkan penelusuran penulis (Brilly El-Rasheed), firqah-firqah dhalalah dan
juga nonmuslim banyak berkedok kegiatan amal sosial untuk mendapatkan pamor,
diterima khalayak, untuk kemudian dapat menyuntikkan paham-paham sesatnya.
Nashrani (Kristen) di berbagai wilayah di dunia pun melakukan banyak bakti
sosial seperti operasi katarak gratis, donor darah, operasi bibir sumbing dan
lain sebagainya kemudian disiarkan melalui televisi dan media-media internet.
Semuanya untuk membangun pamor.
Seseorang
bertanya pada Tamim ad-Dari: “Bagaimana shalat malam engkau.” Maka marahlah
Tamim, sangat marah, kemudian berkata: “Demi Allah, satu rakaat saja shalatku
ditengah malam, tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai daripada aku shalat
semalam penuh kemudian aku ceritakan pada manusia.” (Dinukil dari kitab
az-Zuhud, Imam Ahmad)
Memang,
pamor bisa didapatkan dengan jalan pamer baik dalam bentuk riya’ maupun sum’ah.
Ayyub
as-Sikhtiyani shalat sepanjang malam, dan jika menjelang fajar maka dia kembali
untuk berbaring di tempat tidurnya. Dan jika telah terbit fajar maka diapun mengangkat
suaranya seakan-akan dia baru saja bangun pada saat itu. (Diriwayatkan oleh Abu
Nu’aim dalam al-Hilyah 3/8).
Keteladanan
Ayyub as-Sikhtiyani ini menyentil alam bawah sadar kita betapa para salaf
shalih benar-benar menghindari gila pamor.
Buang
Jauh-jauh Glamor dan Pamor...!
Pembaca
yang budiman, sekarang Anda percaya kan dengan apa yang penulis ungkapkan di
awal tulisan ini bahwa manusia sangatlah rakus dengan glamor dan pamor. Hanya
orang-orang yang dekat dengan Allah, yang diridhai Allah, yang akan bisa dengan
mudah terbebas dari life style yang glamor dan gila pamor. Allah akan
menjauhkan dari keduanya jika kita berdoa tulus kepadaNya semata.
Berkata
syaikh Shalih Alu Syaikh: “Untaian kalimat ini adalah madrasah (pelajaran), dan
hal ini tidak diragukan lagi karena tersohornya seseorang mungkin terjadi jika
orang tersebut memiliki kelebihan di antara manusia, bahkan bisa jadi
orang-orang mengagungkannya, bisa jadi orang-orang memujinya, bisa jadi mereka
mengikutinya berjalan di belakangnya. Seseorang jika semakin bertambah
ma’rifatnya kepada Allah, maka ia akan sadar dan mengetahui bahwa dosa-dosanya
banyak, dan banyak, dan sangat banyak. Oleh karena tidaklah suatu hal yang
mengherankan jika Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada Abu Bakar
–padahal ia adalah orang yang terbaik dari umat ini dari para sahabat Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam– yang selalu membenarkan (apa yang dikabarkan oleh
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam-pen), yang Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
telah berkata tentangnya: “Jika ditimbang iman Abu Bakar dibanding dengan iman
umat maka akan lebih berat iman Abu Bakar.” Namun Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam
mewasiatkannya untuk berdoa di akhir shalatnya, “Rabbku, sesungguhnya aku telah
banyak mendzalimi diriku dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali engkau,
maka ampunilah aku dengan pengampunanMu.”
Yang
mewasiatkan adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan yang diwasiatkan adalah
Abu Bakar as-Shiddiq. Semakin bertambah ma’rifat seorang hamba kepada Rabbnya,
maka ia akan takut kepada Allah, takut kalau ada yang mengikutinya dari
belakang, khawatir ia diagungkan di antara manusia, khawatir diangkat-angkat di
antara manusia, karena ia mengetahui hak-hak Allah sehingga dia mengetahui
bahwa ia tidak akan mungkin menunaikan hak Allah, ia selalu kurang dalam
bersyukur kepada Allah, dan ini merupakan salah satu bentuk dosa.
Di
antara manusia ada yang merupakan qori’ al-Qur’an yang tersohor karena
keindahan suaranya, keindahan bacaannya, maka orang-orangpun berkumpul di
sekitarnya. Di antara manusia ada yang alim, tersohor dengan ilmunya, dengan
fatwa-fatwanya, dengan keshalihannya, kewara’annya, maka orang-orangpun
berkumpul di sekelilingnya.
Di
antara mereka ada yang menjadi da’i yang terkenal dengan pengorbanannya dan
perjuangannya dalam berda’wah, maka orang-orang pun berkumpul di sekelilingnya
karena Allah telah memberi petunjuk kepada mereka dengan perantaranya. Demikian
juga ada yang terkenal dengan sikapnya yang selalu menunaikan amanah, ada yang
tersohor dengan sikapnya yang menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, dan
demikianlah.
Posisi
terkenalnya seseorang merupakan posisi yang sangat mudah menggelincirkan
seseorang, oleh karena itu Ibnu Mas’ud mewasiatkan kepada dirinya sendiri
dengan menjelaskan keadaan dirinya (yang penuh dengan dosa), dan menjelaskan
apa yang wajib bagi setiap orang yang memiliki pengikut.
Hendaknya
setiap orang yang tersohor (dengan kebaikan) atau termasuk orang yang
terpandang untuk selalu merendahkan dirinya di antara manusia dan menampakkan
hal itu, bukan malah untuk semakin naik derajatnya di hadapan manusia namun
agar semakin terangkat derajatnya di hadapan Allah, dan ini semua kembali
kepada keikhlasan, karena di antara manusia ada yang merendahkan dirinya di
hadapan manusia namun agar tersohor dan ini adalah termasuk (tipuan) syaitan.
Dan di antara manusia ada yang merendahkan dirinya di hadapan manusia dan Allah
mengetahui hatinya bahwasanya ia benar dengan sikapnya itu, ia takut pertemuan
dengan Allah, ia takut hari di mana dibalas apa-apa yang terdapat dalam
dada-dada, hari di mana nampak apa yang ada disimpan di hati-hati, tidak ada
yang tersembunyi di hadapan Allah dan mereka tidak bisa menyembunyikan
pembicaraan mereka di hadapan Allah.
Ini
adalah pelajaran yang berharga bagi setiap yang dipanuti dan yang mengikuti.
Adapun pengikut maka hendaknya ia tahu bahwa orang yang diikutinya itu tidak
boleh diagungkan, namun hanyalah diambil faedah darinya berupa syari’at Allah
atau faedah yang diambil oleh masyarakat, karena yang diagungkan hanyalah Allah
kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Adapun manusia yang lain maka
jika mereka baik maka bagi mereka rasa cinta pada diri kita. Dan hendaknya
orang yang tersohor untuk selalu takut, rendah, dan mengingat dosa-dosanya,
mengingat bahwa ia akan berdiri di hadapan Allah, ingat bahwasanya ia bukanlah
orang yang berhak diikuti oleh dua orang di belakangnya.
Admin: Muhammad Maftuhin
Editor: Muhammad Sutrisno S.Pd.I
Copyright: cafeilmubrilly.blogspot.com
Ingin beriklan Rp. 50.000,-/bulan? Hubungi 081515526665
Sampaikan komentar Anda sebagai wujud terima kasih Anda dan sebagai bahan evaluasi kami.